Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Kembali Tertekan Penurunan Wall Street

Indeks saham MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau melemah 0,8%, sedangkan indeks Nikkei 225 merosot 2,92% pada pukul 9.34 waktu Tokyo (7.34 WIB).
BUrsa Asia/Reuters
BUrsa Asia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia jatuh pada hari Jumat (9/2/2018) setelah bursa saham Amerika Serikat kembali mengalami penurunan besar di tengah kekhawatiran kenaikan imbal hasil obligasi.

Indeks saham MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau melemah 0,8%, sedangkan indeks Nikkei 225 merosot 2,92% pada pukul 9.34 waktu Tokyo (7.34 WIB).

Indeks MSCI, yang mencapai rekor tertinggi pada 29 Januari, berada di jalur untuk pelemahan enam hari berturut-turut dan turun menjadi sekitar 6% pekan ini. Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 1,42%, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan turun 2,3%.

"Tahap koreksi di pasar saham bisa bertahan sepanjang Februari dan mungkin sampai bulan Maret," kata Masahiro Ichikawa, analis senior di Sumitomo Mitsui Asset Management, seperti dikutip Reuters, Jumat (9/2/2018).

"Kenaikan imbal hasil AS jangka panjang akan menyesuaikan agar fase koreksi berakhir. Lonjakan volatilitas juga mendorong investor untuk menjual aset berisiko, sehingga memberi makin meningkatkan volatilitas,” lanjutnya.

Pasar A.S. tetap menjadi pusat aksi jual global, dengan indeks Dow Jones merosot 4,1% ke level 23.860,46, sedangkan indeks Standard & Poor’s 500 tenggelam 3,7% pada perdagangan Kamis.

Anjloknya Wall Street Kamis menandai perubahan tajam dalam beberapa sesi terakhir termasuk penurunan terbesar indeks S&P 500 dalam lebih dari enam tahun terakhir, yang menarik indeks menjauhi rekor tertinggi.

Bursa saham AS tersebut mulai goyah sejak Jumat pekan lalu setelah data non-farm payroll AS yang sehat memicu lonjakan imbal hasil obligasi dan kekhawatiran kenaikan inflasi yang yang dapat memicu kenaikan suku bunga bank sentral.

Imbal hasil yang lebih tinggi berdampak negatif bagi saham karena meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan dan mengurangi risk-appetite. Kenaikan imbal hasil juga memberikan alternatif baru bagi investor, yang mungkin memilih untuk mengalokasikan sebagian uang mereka dari saham ke obligasi.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik setinggi 2,884% pada hari Kamis, tepat di bawah level tertinggi empat tahun Senin di level 2,885%.

Dilansir Reuters, imbal hasil obligasi meningkat setelah Bank of England mengatakan suku bunga mungkin perlu naik lebih cepat, sehingga menambah ekspektasi penurunan stimulus bank sentral secara global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper