Bisnis.com, JAKARTA – Emiten maskapai penerbangan milik negara PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. menargetkan pendapatan total perusahaan dan anak usaha dapat mencapai US$4,8 miliar sepanjang tahun ini.
Angka tersebut meningkat siginifikan 20% dari proyeksi pendapatan grup perusahaan pada 2017 yaitu US$4 miliar. Untuk dapat mencapai target tersebut, Garuda Indonesia optimistis dapat meraup penumpang hingga 2,5 juta orang, dan menempuh efisiensi di segala ini.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Helmi Imam Satriyono mengatakan saat ini kontribusi terbesar pengeluaran tetap perusahaan terbesar berasal dari biaya bahan bakar sebesar 30% dan sewa pesawat yang menghabiskan total 24%—25%.
“Kami akan menjalankan program efisiensi untuk bisa memiliki struktur keuangan yang bagus. Cost ASK [Available Seat Kilometers] pada 2017 juga sudah cukup bagus, kami harap bisa mencapai US$6 sen pada 2018,” jelas Helmi di Jakarta, Selasa (23/1/2018).
Helmi mengungkapkan perusahaan ingin melakukan upaya efisiensi yang memberi dampak jangka panjang pada keuangan perusahaan. Saat ini, sekitar 76% pendapatan grup ditopang oleh maskapai Garuda Indonesia, dan sisanya oleh anak usaha perseroan.
Dalam target keuangan yang dipublikasikan perusahaan, GIAA menargetkan net income grup perusahaan sebesar US$8,7 juta pada 2018. Sumbangan terbesar didapat dari jumlah penumpang yang ditargetan naik 10% pada tahun ini.
“Target penumpang kami cukup tinggi. Secara ekonomi dan secara bisnis, kami optimistis di tahun ini perkembangannya [kenaikan jumlah penumpang] Indonesia bagus. kami juga akan memperkuat posisi di level internasional,” kata Helmi.
Adapun, perusahaan mematok target ambisius laba bersih sebesar US$10 juta dolar pada 2020. Upaya itu ditempuh dengan optimalisasi aset yang produktif, dan memperkuat pelayanan world class bagi penumpang.