Bisnis.com, JAKARTA - Irak meminta OPEC dan negara-negara produsen minyak lainnya untuk berkomitmen memangkas produksi hingga akhir 2018, walaupun harga mulai mengalami kenaikan.
Pernyataan ini disampaikan menyusul langkah serupa yang telah lebih dulu dilakukan Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, dan Oman. Menteri Perminyakan Irak Jabbar Al Luaibi mengatakan pemangkasan produksi oleh OPEC dan negara-negara produsen lainnya sudah berkontribusi terhadap stabilitas pasar.
Oleh karena itu, seperti dilansir Bloomberg, Minggu (14/1/2018), Irak mendukung keputusan OPEC untuk tetap melakukan pemangkasan.
Kesepakatan antara OPEC dan negara-negara produsen, seperti Rusia dan Oman, yang dilakukan pada November 2017 disebut berhasil mengerek harga. Minyak Brent sudah naik ke posisi US$70 per barel pekan lalu.
"Ada beberapa indikasi yang menunjukkan pasar sedang berkembang dan harga sehat, jadi mari bicara tentang mengakhiri pemangkasan. Ini adalah pernyataan yang salah dan kami tidak setuju dengan konsep itu," ujar Al Luaibi.
Brent naik hingga US$70,05 per barel pada Kamis (11/1) dan berakhir di level US$69,87 per barel di London, harga penutupan teringgi dalam sepekan sejak Desember 2014.
"Kami berharap dinamika ini akan berlangsung sepanjang 2018. Kesepakatan harus dilanjutkan. Pasar mulai menuju kestabilan tapi saat ini masih belum stabil," tambah Al Luaibi.
Meski meneruskan pemangkasan produksi merupakan sikap sebagian besar anggota OPEC, tapi beberapa anggota seperti Iran khawatir kebijakan ini akan mendorong kenaikan produksi shale oil dari AS. Badan Informasi Energi AS (Energy Information Agency/EIA) telah memproyeksi produksi akan bertambah menjadi lebih dari 10 juta barel per hari bulan depan.