Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan indeks Topix dan Nikkei 225 berlanjut pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Senin (11/12/2017), di tengah melemahnya kinerja yen.
Indeks Topix hari ini dibuka dengan kenaikan 0,30% atau 5,43 poin di level 1.809,16 dan ditutup menguat 0,53% atau 9,61 poin di level 1.813,34. Pada perdagangan Jumat (8/12), Topix berakhir menguat 0,98% di posisi 1.803,73.
Dari 2.031 saham pada indeks Topix, 1.331 saham di antaranya menguat, 613 saham melemah, dan 87 saham stagnan.
Saham Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (+1,47%) dan Sumitomo Mitsui Financial Group Inc. (+2,27%) menjadi pendorong utama terhadap penguatan Topix pada akhir perdagangan hari ini.
Adapun indeks Nikkei 225 hari ini berakhir menguat 0,56% atau 127,65 poin di level 22.938,73, setelah dibuka dengan kenaikan 0,36% atau 83,22 poin di posisi 22.894,30.
Sebanyak 171 saham menguat, 49 saham melemah, dan 5 saham stagnan dari 225 saham pada indeks Nikkei.
Baca Juga
Saham KDDI Corp. yang menguat 1,89% menjadi pendorong utama terhadap pergerakan Nikkei hari ini, diikuti Daikin Industries Ltd. (+1,91%) dan SoftBank Group Corp. (+0,83%).
Sementara itu, nilai tukar yen terpantau lanjut melemah 0,04% atau 0,04 poin ke posisi 113,52 per dolar AS pada pukul 13.58 WIB, setelah pada Jumat (8/12) berakhir melemah 0,34% di posisi 113,48.
Dilansir Bloomberg, bursa saham Jepang menguat dengan Nikkei 225 Stock Average naik ke level tertinggi sejak 1992 akibat pelemahan yen, setelah data pekerjaan di Amerika Serikat mengangkat kembali optimisme seputar pertumbuhan global.
Mata uang Jepang tersebut turun ke level terendah dalam satu bulan terhadap dolar AS setelah data Departemen Tenaga Kerja yang dirilis Jumat (8/12) menunjukkan pertambahan lebih banyak pekerjaan dari yang diperkirakan pada bulan November, sedangkan tingkat pengangguran berada di level terendah dalam 17 tahun.
Baik Nikkei 225 dan Topix pun menguat untuk hari ketiga berturut-turut, dengan saham perbankan memberi dorongan terbesar.
“Ekspansi ekonomi global belum berakhir. Seiring dengan pelemahan yen, investor akan mengantisipasi revisi kenaikan untuk laba perusahaan menjelang musim laba pada bulan Maret. “ kata Tatsushi Maeno, pakar strategi senior Okasan Asset Management, seperti dikutip dari Bloomberg.