Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Shanghai Bertahan Positif, CSI300 Terbebani Produksi Manufaktur

Indeks bluechip CSI300 tergelincir dari kenaikan yang dibukukannya pada perdagangan hari ini, Rabu (1/11/2017), sekaligus melanjutkan koreksinya untuk perdagangan hari ketiga berturut-turut.
Bursa China SHCI/Reuters
Bursa China SHCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks bluechip CSI300 tergelincir dari kenaikan yang dibukukannya pada perdagangan hari ini, Rabu (1/11/2017), sekaligus melanjutkan koreksinya untuk perdagangan hari ketiga berturut-turut. 

Indeks CSI300 di Shenzhen yang berisi saham-saham bluechip berakhir melemah 0,25% atau 10,10 poin di level 3.996,62, setelah dibuka dengan kenaikan 0,03% atau 1,19 poin di posisi 4.0078,91.

Penguatan saham perusahaan infrastruktur dan sumber daya pada indeks bluechip diimbangi oleh pelemahan pada bank. Pelemahan indeks juga akibat terbebani survei yang menunjukkan bahwa porduksi manufaktur pada Oktober naik dengan laju terlemah dalam empat bulan.

Di sisi lain, indeks Shanghai Composite berhasil mempertahankan kenaikannya untuk perdagangan hari kedua berturut-turut setelah ditutup dengan penguatan 0,08% atau 2,57 poin di level 3.395,91.

Sektor infrastruktur naik 0,8%, dipimpin China State Construction Engineering yang mencatatkan performa harian terbaiknya sejak pertengahan Juli. Namun sektor perbankan tergelincir 0,6%, sedangkan saham konsumen juga melemah pasca penguatan baru-baru ini.

Dilansir Reuters, pasar bersikap hati-hari setelah sebuah survei swasta menunjukkan bahwa produksi manufaktur China naik dengan laju terlemah dalam empat bulan pada bulan Oktober dan perusahaan terus mengurangi jumlah staf meski terdapat sedikit peningkatan dalam pesanan domestik dan ekspor.

Laporan Caixin, menyusul sebuah survei resmi serupa pada Selasa yang menunjukkan perlambatan tak terduga pada sektor manufaktur China, memperkuat kekhawatiran tentang mengendurnya tenaga pemulihan ekonomi negara tersebut.

“Kami perkirakan momentum pertumbuhan akan melesu dalam beberapa bulan ke depan akibat terseret pertumbuhan kredit yang lebih lambat, berkurangnya dukungan fiskal pasca kongres partai, serta peningkatan tindakan tegas terhadap lingkungan,” ujar Julian Evans-Pritchard, ekonom China di Capital Economics, seperti dikutip dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper