Bisnis.com, JAKARTA – Komentar Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih angkat harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kembali menembus level US$52,00 per barel, sementara minyak Brent melampaui level US$58,00 per barel pada penutupan perdagangan Selasa (24/10/2017).
Dalam acara konferensi investasi di Riyadh, Selasa (24/10/2017), al-Falih berbicara, bahwa fokusnya terhadap pengurangan tingkat persediaan minyak mentah di negara-negara industri The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dilakukan dalam rata-rata lima tahun.
Dia juga menuturkan akan memperhatikan prospek pengekangan output yang berlanjut pasca-perjanjian pemotongan produksi Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) berakhir.
Hal ini dikarenakan pasar minyak khawatir, jika produsen kembali meningkatkan pengiriman ketika kesepakatan pasokan berakhir sehingga berimbas pada menurunnya harga minyak.
“Kami telah mengurangi persediaan lebih dari 180 juta barel dan kami masih memiliki sekitar 160 juta barel sesuai angka yang saya lihat terakhir,” kata al-Falih seperti dilansir Reuters.
Harga minyak semakin melambung atas dukungan dari ekspektasi bahwa persediaan minyak mentah Amerika Serikat akan menunjukkan penurunan sebesar 2,5 juta barel dalam laporan pasokan mingguan terakhir.
Baca Juga
Laporan Energy Information Administration (EIA) akan dirilis pada Rabu (25/10/2017). Sebelumnya, pada Selasa pagi harga minyak menurun karena minyak mentah mengalir melalui pipa utara Irak ke Ceyhan di Turki telah meningkat lebih lanjut.
Pemompaan itu menghasilkan 300.000 barel, atau naik dari hari sebelumnya sebesar 288.000 barel. Kendati demikian, output turun dari 600.000 barel per hari pada pekan lalu ketika pasukan Irak merebut kembali kendali atas ladang minyak dari pejuang Kurdi.
Adapun pada perdagangan Rabu (25/10/2017) pukul 06.10 WIB, harga minyak WTI naik 0,03 poin atau 0,06% menuju US$52,50 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent meningkat 0,96 poin atau 1,67% menjadi US$58,33 per barel.