Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan harga batu bara berlanjut pada akhir perdagangan Kamis (3/8/2017), meski di saat yang sama harga minyak mentah kembali merosot.
Pada perdagangan Kamis, harga batu bara untuk kontrak Oktober 2017, kontrak teraktif di bursa komoditas Rotterdam, ditutup menguat 0,80% atau 0,65 poin di posisi US$81,55/metrik ton.
Harga batu bara kontrak Oktober 2017 memperpanjang penguatannya pada perdagangan hari kedua berturut-turut setelah berhasil rebound pada akhir perdagangan Rabu (2/8) di posisi US$80,90 per metrik ton.
Berbanding terbalik dengan batu hitam, harga minyak mentah kembali tergelincir di bawah level US$50 per barel akibat meningkatnya produksi di AS sehingga menimbulkan kekhawatiran berlebihnya pasokan.
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman September pada akhir perdagangan Kamis ditutup melemah 1,1% atau 0,56 poin di level US$49,03 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun minyak Brent untuk kontrak pengiriman Oktober ditutup turun 0,35 poin di level US$ 52,01 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.
Berdasarkan data Energy Information Administration yang dirilis Rabu, produksi minyak AS meningkat 20.000 barel per hari menjadi 9,43 juta barel per pekan lalu. Di sisi lain, persediaan minyak mentah turun 1,53 juta barel dan stok bensin turun ke level terendah sejak Desember menyusul melonjaknya konsumsi.
"Pada akhirnya, sepertinya kita akan melihat terus menurunnya persediaan, tidak hanya di sisi minyak mentah, tapi juga pada sisi produk. Permintaan masih cukup kuat," kata Bart Melek, kepala analis komoditas global TD Securities, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (4/8/2017).
“Namun, harga tidak akan menguat terlalu jauh lagi sampai ada kepastian seputar kebijakan OPEC dan fundamentalnya tahun depan," lanjutnya.
Pergerakan harga batu bara kontrak Oktober 2017 di bursa Rotterdam
Tanggal | US$/MT |
3 Agustus | 81,55 (+0,80%) |
2 Agustus | 80,90 (+0,31%) |
1 Agustus | 80,65 (-1,59%) |
31 Juli | 81,95 (+1,42%) |
28 Juli | 80,80 (+0,81%) |
Sumber: Bloomberg
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel