Bisnis.com, JAKARTA - Penerbitan obligasi korporasi pada semester kedua tahun ini yang diperkirakan masih akan sangat tinggi berpotensi menyebabkan sebagian penerbitan tidak mampu mencapai target penyerapannya.
I Made Adi Saputra, Analis Obligasi MNC Sekuritas, mengatakan tahun ini cukup banyak korporasi yang memutuskan menerbitkan obligasi karena memanfaatkan momentum suku bunga rendah.
Pada semester kedua tahun ini, potensi penerbitan baru di pasar primer masih akan cukup tinggi. Ia mencatat sedikitnya ada Rp45 triliun obligasi korporasi yang akan jatuh tempo di semester kedua tahun ini dan beberapa di antaranya kemungkinan memilih opsi refinancing.
Di sisi lain, sejumlah korporasi memilih lebih dini menerbitkan obligasi pada semester kedua tahun ini guna menghindari efek politik yang mulai terasa tahun depan akibat pemilu presiden 2019. Akibatnya, potensi penerbitan baru akan sangat tinggi di sisa tahun ini.
“Tekanan dari pasokan yang banyak sudah berdampak pada emiten yang tidak bisa mencapai target penerbitan semula [di semester pertama 2017]. Bagaimana dengan kinerja pasar sekudernya kalau di perdana saja sudah membuat investornya jenuh dengan supply-nya?” katanya melalui sambungan telepon, Jumat (7/7/2017).
Menurut Made, meningkatnya arus penerbitan obligasi korporasi pada semester kedua ini akan menyebabkan perebutan dana investor. Pasalnya, investor pun masih cukup jenuh akibat tingginya pasokan pada semester pertama tahun ini yang mencapai Rp53,97 triliun.
Baca Juga
Di sisi lain, investor andalan yang diincar seperti dana pensiun memiliki kewajiban untuk menanamkan investasinya pada Surat Berharga Negara serta obligasi korporasi yang mendukung pembangunan infrastruktur. Hal ini berimbas pada minimnya penyerapan obligasi korporasi swasta.
Sementara itu, dua obligasi BUMN infrastruktur besar yang melepas obligasinya semester pertama lalu baru akan dicatatkan pada semester kedua tahun ini, seperti obligasi PT PLN yang mencapai Rp2 triliun atau PT Adhi Karya Tbk. dengan Rp3 triliun sehingga akan meningkatkan arus penawaran di pasar semester kedua.
“Investor saat ini preferensinya lebih ke BUMN, baik itu konstruksi atau yang lain. Sementara kalau kita lihat, obligasi BUMN ini size-nya juga besar-besar sehingga dana itu sudah terserap ke situ semua,” kata Made.
Sementara itu, Made menilai likuiditas dana investor dari obligasi korporasi yang jatuh tempo belum tentu akan kembali pada obligasi korporasi, apalagi adanya sejumlah kasus gagal bayar di sejumlah korporasi yang mempengaruhi perspektif investor pada keamanan investasi mereka di obligasi korporasi.
Dana pensiun misalnya sempat mengeluarkan mosi tidak percaya akibat PT Berlian Laju Tanker Tbk. yang gagal bayar dan melakukan tindakan yang dinilai merugikan dana pensiun. Hal ini memberi sentimen buruk terhadap pasar obligasi korporasi swasta.