Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA SAHAM TAMBANG: Sektor Batu Bara Prospektif

Lonjakan harga saham sektor pertambangan dinilai bakal berlanjut didorong oleh melejitnya subsektor komoditas tambang batu bara pada tahun ini.
Batu bara./.
Batu bara./.

Bisnis.com, JAKARTA--Lonjakan harga saham sektor pertambangan dinilai bakal berlanjut didorong oleh melejitnya subsektor komoditas tambang batu bara pada tahun ini.

Saat Indeks harga saham gabungan melonjak 5,02%, sektor pertambangan melesat 18,02% di bawah saham-saham sektor aneka industri yang melambung 21,15% sepanjang tahun berjalan.

Berdasarkan catatan Bisnis, dari 43 saham yang menghuni sektor pertambangan, sejumlah emiten melesat seiring optimisme investor akan mulai rebound harga minyak mentah dunia. Diproyeksi, pulihnya harga minyak mentah dunia dapat mengatrol kinerja emiten komoditas pertambangan.

Sebanyak 20 saham sektor pertambangan tumbuh positif sejak awal tahun. Bahkan, saham PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) dan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) melesat lebih dari 100% year-to-date.

Kepala Riset PT Nong Hyup Koorindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan ketidakpastian bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, untuk menaikkan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FRR) membuat nilai tukar dolar AS terus melemah.

Ketidakjelasan The Fed itu membuat pelaku pasar memindahkan portofolio dari dolar AS menuju sektor komoditas yang telah tertekan sejak tahun lalu. Saat harga komoditas mulai merangkak naik, saham-saham komoditas pun terkena efek positif turut terkerek.

"Kinerja fundamental saham pertambangan tidak mendukung. Tapi, dengan adanya kenaikan harga saham tambang dengan kondisi fundamental tertekan, yang terjadi adalah spekulasi," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Minggu (17/4/2016).

Moratorium lahan pertambangan yang bakal dirilis pemerintah melalui Instruksi Presiden dinilai untuk mengurangi eksplorasi berlebihan di area pertambangan. Beleid itu diproyeksi tidak akan berdampak besar terhadap emiten pertambangan, termasuk saham-saham sektor tersebut.

Tanpa ada moratorium, katanya, emiten pertambangan juga telah mengurangi aktivitas eksplorasi oprasional. Bila emiten tambang terus melakukan eksplorasi, pasokan akan bertambah, sehingga harga komoditas bakal kian merosot.

Dia menilai, moratorium lahan pertambangan akan berpengaruh apabila penyerapan komoditas tambang tengah melonjak dan emiten giat melakukan eksplorasi untuk memenuhi permintaan. Namun, saat ini, kondisi sebaliknya sedang melanda emiten pertambangan.

Reza menyarankan investor agar memilih saham-saham sektor pertambangan yang masih memiliki berita positif. Saham-saham subsektor batu bara dinilai masih prospektif bila dibandingkan dengan tambang mineral lainnya.

Prospektifnya saham tambang batu bara, katanya, terjadi lantaran masih banyak perusahaan yang menggunakan komoditas itu sebagai bahan bakar dibandingkan dengan minyak mentah. Emiten tambang batu bara juga telah memulai untuk masuk ke sektor kelistrikan dengan membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Masuknya emiten tambang batu bara ke bisnis listrik membuat kontrak penjualan komoditas tersebut lebih pasti dalam jangka panjang. Sedangkan, prospek emiten emas, nikel, timah, tembaga dan mineral lainnya, dinilai masih belum menjanjikan karena permintaan masih lunglai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper