Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RUPIAH Ditutup Anjlok ke Level Terendah 6 Tahun, Ini Penyebabnya

Nilai tukar rupiah terus merosot ke level terendah sejak November 2008 setelah ada isyarat dari Bank Indonesia untuk menolerir lemahnya mata uang rupiah.
Rupiah anjlok/ilustrasi
Rupiah anjlok/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terus merosot ke level terendah sejak November 2008 setelah adanya isyarat dari Bank Indonesia untuk menolerir lemahnya mata uang rupiah.

Berdasarkan data dari Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup tertekan tajam 0,79% ke Rp12.932 per dolar AS pada Jumat (27/2/2015).

Bank Indonesia melihat depresiasi rupiah ini terjadi karena adanya perbaikan dalam ekonomi Amerika Serikat sehingga mendorong penguatan mata uang dolar.
Bank sentral Indonesia juga menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin dari 7,75% menjadi 7,5% pada 17 Februari.

Dengan adanya penurunan BI rate ini diharapkan adanya peningkatkan defisit transaksi berjalan dari 3% menjadi 3,1% dari produk domestik bruto (PDB) pada 2015.

Tahun lalu, defisit transaksi berjalan Indonesia mencapai 2,95%. Pergerakan nilai tukar rupiah ini ini dinilai menguntungkan dalam meningkatkan daya saing ekspor Indonesia dan merendam impor.

Khoon Goh Strategist Australia and New Zealand Banking Group Ltd menilai pendapat Bank Indonesia terkait pelemahan nilai mata uang rupiah ini merupakan salah satu bentuk zona nyaman dan menjadi sinyal untuk menjual mata uang.

" Saya tidak yakin apakah ini sinyal halus bahwa Indonesia bergabung dengan perang mata uang," ujarnya kepada Bloomberg, Jumat (27/2/2015).

Ekonom DBS Group Holdings Ltd Gundy Cahyadi meminta agar Bank Indonesia menjaga dan mengetatkan kebijakan moneter untuk menoleransi lemahnya nilai mata uang rupiah dan mata uang lainnya.

"Penguatan dollar ini memiliki dampak luas salah satunya kepada rupiah sehingga bank sentral perlu menjaga kebijakan moneter Indonesia," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper