Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sinyal Rebound Pasar Saham RI Usai Data PDB Tumbuh 5,12%

Pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,12% diyakini bisa memberikan katalis positif kepada pasar saham, yang sempat lesu pada awal tahun ini.
Investor mengamati layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Rabu (Rabu (7/5/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Investor mengamati layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Rabu (Rabu (7/5/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II/2025 yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,12% secara tahunan (year-on-year/yoy) diyakini bisa memberikan katalis positif kepada pasar saham, yang sempat lesu pada awal tahun ini.

Herald van der Linde, Head of Equity Strategy Asia Pacific dari HSBC Global Research mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang melesat dari perkiraan sebagian besar ekonom dan analis itu bisa mendorong kembalinya aliran modal asing maupun dalam negeri ke pasar saham.

Menurut Herald, pasar saham Indonesia pada awal 2025 sempat mencatatkan kinerja terburuk di antara pasar saham global. Namun, pemulihan mulai terjadi sejak awal April dan semakin cepat pada sekitar akhir Juni menuju awal Juli 2025.

Dia menyebut ada beberapa faktor yang memengaruhi hal tersebut, di antaranya pembentukan superholding BUMN, atau Daya Anagata Nusantara (Danantara).

"Ada beberapa isu yang sedikit membingungkan pasar, contohnya pembentukan Danantara dan beberapa hal lain. Kami membayangkan apa saja dampak-dampaknya kepada pasar saat itu," ujarnya saat media briefing yang diselenggarakan secara daring, Jumat (8/8/2025).

Kendati adanya gejolak di awal tahun, Herald menilai pasar menyukai ekuitas Indonesia. Salah satunya adalah kinerja pasar saham RI yang kini telah kembali meningkat (rebound).

Hal yang menarik bagi Herald adalah deretan perusahaan yang akhirnya melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau menawarkan saham umum perdananya (initial public offering/IPO) beberapa bulan belakangan. Emiten yang perdana akhirnya masuk ke bursa saham iut bukan didominasi oleh saham berkapitalisasi besar (big cap), namun justru berkapitalisasi sedang (mid cap).

"Beberapa perusahaan energi yang telah tercatat di bursa saham telah menunjukkan kinerja yang sangat baik. Mereka mendorong kinerja pasar lebih tinggi. Ada juga perusahaan terkait dengan AI, ada juga perusahaan pusat data, DCI [PT DCI Indonesia Tbk. (DCII)] memiliki kinerja yang baik," tuturnya.

Di sisi lain, Herald menyoroti bahwa investor di bursa saham tidak didominasi oleh asing, melainkan dalam negeri serta retail.

"Indonesia menyumbang sekitar 50% dari seluruh perdagangan selama beberapa bulan terakhir. Jadi, sampai batas tertentu, ini merupakan kisah domestik terkait pemulihan yang telah kita saksikan," terangnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Herald mengungkap saat ini investor asing masih dalam mode menunggu akibat gejolak di awal tahun ini. Dia mengakui para investor asing yang membeli saham di pasar Indonesia awal tahun ini berat untuk menjual.

Kendati demikian, sebagian besar dinilai ingin mempertahankan kepemilikan mereka seiring dengan sinyal pemulihan sehingga menimbulkan kepercayaan.

Oleh sebab itu, dia memperkirakan aliran modal asing akan kembali sejalan dengan sinyal pertumbuhan positif. Termasuk di antaranya terkait dengan pertumbuhan ekonomi.

"Prospek pertumbuhannya masuk akal. Dalam 12 bulan, pertumbuhan pendapatan sekitar 10% akan terjadi. Valuasinya tidak mahal. Investor asing bisa kembali. Investor lokal juga bisa kembali. Yang perlu kita lihat sekarang adalah rasa percaya diri terhadap profil pertumbuhan mulai kembali. Oleh karena itu, angka PDB yang baik ini merupakan awal yang baik ke arah yang benar," pungkasnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2025 melesat sebesar 5,12% yoy atau melebihi ekspektasi sebagian besar ekonom dan analis. Berdasarkan konsensus ekonom dan analis yang dihipun Bloomberg, PDB Indonesia April-Juni 2025 diperkirakan tumbuh hanya sekitar 4,8% yoy.

Pertumbuhan itu meliputi konsumsi rumah tangga sebesar 4,97% yoy, dengan share ke perekonomian yakni 54,25%. Sedangkan, Sementara itu, investasi atau PMTB menyumbang 27,83% dengan pertumbuhan 6,99% yoy atau tertinggi sejak kuartal II/2021.

Kemudian, kinerja ekspor tumbuh 10,67% yoy dan berkontribusi 22,28%, sedangkan impor tumbuh 11,65% yoy dan kontribusinya tumbuh minus 20,66%.

Satu-satunya pertumbuhan PDB menurut pengeluaran yang terkontraksi adalah adalah konsumsi pemerintah yakni minus 0,33% yoy. Pada kuartal II/2024, pertumbuhan konsumsi pemerintah yaitu 1,42% yoy.

"Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan 2/2025 bila dibandingkan dengan triwulan 2/2024 atau secara YoY tumbuh sebesar 5,12%," ujar Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud pada konferensi pers, Selasa (5/8/2025).

_______

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro