Dari sisi neraca keuangan, Samuel Sekuritas memperkirakan aksi korporasi tersebut akan membuat ENRG mencatat perbaikan yang tercermin dari penurunan rasio net gearing pada akhir 2025 menjadi 48,2%, dibandingkan rasio net gearing sebelum aksi korporasi 59,3%.
Sebelumnya, ENGR telah menambah partisipasi interes di KKS Blok Kangean sebesar 25%. ENRG menandatangani perjanjian jual beli untuk mengakuisisi tambahan 25% partisipasi interes di KKS blok Kangean dari Japan Petroleum Exploration Co. Ltd. (JAPEX). Secara bersamaan, ENGR juga mendivestasikan 50% kepemilikannya di Blok Gebang kepada Japex. Dengan begitu, perusahaan akan menjadi pengendali tunggal di Kangean.
Riset memproyeksi bahwa blok Kangean, sebagai kontributor terbesar kedua di ENRG, akan meningkatkan produksi hampir delapan kali lipat pada 2031 menjadi 324 MMSCFD melalui 15 pengeboran baru.
Sementara itu, divestasi Gebang membuka efisiensi modal sembari tetap menjaga eksposur terhadap cadangan sebesar 874 BCF, dengan produksi gas yang diharapkan dimulai pada 2027 dan peningkatan produksi tiga kali lipat pada tahun 2035.
"Kami memproyeksikan produksi minyak dan gas ENRG akan tumbuh dengan CAGR masing-masing 2,9% dan 24,8% selama 2026–2031. Hal ini mendorong pertumbuhan pendapatan dan laba bersih dengan CAGR masing-masing 18% dan 22% dalam periode yang sama," tulis riset tersebut.
Adapun emiten migas saat ini dihadapkan dengan merosotnya harga minyak dunia. Tercatat tambang yang dijuluki emas hitam dunia itu telah jatuh pada level terendah dalam sepekan. Dalam penutupan perdagangan Senin (4/8/2025), harga minyak mentah Brent turun 91 sen atau 1,3% menjadi US$68,76 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate AS turun $1,04 atau 1,5% menjadi US$66,29 per barel.
Baca Juga
Dalam kaitannya dengan ENGR, Samuel Sekuritas menilai fundamental perusahaan cenderung lebih kebal karena penjualan minyak hanya menyumbang sekitar 35% dari total pendapatan.
"Dengan setiap perubahan berkisar 1,0% pada harga minyak, hanya berdampak sekitar sekitar 1,8% terhadap laba," ulas riset tersebut.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.