Bisnis.com, JAKARTA – Emiten migas Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), melalui anak usahanya, PT EMP Energi Gandewa (GDW), menandatangani dua perjanjian penyediaan jasa rig darat dengan nilai total mencapai US$4,13 juta atau setara sekitar Rp67,1 miliar (asumsi kurs Rp16.220 per dolar AS).
Wakil Direktur Utama ENRG, Edoardus Ardianto menyampaikan, dua kontrak tersebut diteken pada 23 Juli 2025 dengan dua konsorsium berbeda untuk penyediaan jasa rig berkapasitas 250 HP dan 350 HP.
Dalam transaksi pertama, GDW menunjuk konsorsium PT Bintang Energi Pratama dan PT Energi Drilling Utama (BEP–EDU) sebagai pelaksana jasa rig 250 HP. Nilai kontraknya mencapai US$3,06 juta dengan masa kerja selama 24 bulan.
Sementara itu, kontrak kedua dilakukan dengan konsorsium PT Bina Mitra Artha dan PT Energi Drilling Utama (BMA–EDU) untuk jasa rig darat 350 HP dengan nilai maksimum US$1,08 juta dan masa kerja selama 3 bulan.
Edoardus juga menambahkan bahwa kedua kontrak ini merupakan transaksi afiliasi, mengingat perseroan memiliki kepemilikan minimal 99% saham di GDW dan EDU, baik secara langsung maupun tidak langsung.
“Transaksi ini dikecualikan dari kewajiban pemenuhan Pasal 3 dan Pasal 4 ayat (1) POJK 42/2020 karena dilakukan antara sesama entitas anak yang dikendalikan oleh Emiten,” kata Edoardus dalam keterbukaan informasi, Jumat (25/7/2025).
Baca Juga
Perseroan juga menegaskan bahwa dua transaksi ini tidak memiliki dampak material terhadap operasional, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha perusahaan.
Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) merencanakan pengembangan fasilitas Carbon Capture Storage atau CCS dan Carbon Capture Utilization Storage atau CCUS di Wilayah Kerja B yang mencakup lapangan gas Arun di Aceh bersama dengan PT Pupuk Indonesia.
Direktur Utama & CEO Energi Mega Persada Syailendra S. Bakrie menjelaskan dengan pengembangan fasilitas CCS / CCUS di Wilayah Kerja B ini dapat mendukung rencana pemerintah untuk mencapai target net zero emission pada 2060.
Teknologi CCUS dapat menangkap emisi CO2 (yang dihasilkan oleh fasilitas produksi yang ada) dan diinjeksikan kembali kedalam reservoir yang masih produktif untuk meningkatkan produksi migas yang ada.
Setelah produksi mencapai titik optimum, barulah terjadi peralihan ke fase CCS yang mana injeksi atas CO2 yang ditangkap dilakukan tanpa adanya peningkatan produksi.
"Berdasarkan studi geological dan geophysical reservoir yang dilakukan pada tahun 2023, lapangan gas Arun memiliki karakteristik yang tepat untuk program pengembangan fasilitas CCS dan CCUS," terangnya melalui keterangan resmi, Jumat (11/7/2025).
Lapangan gas Arun, lanjutnya, memiliki reservoir batu gamping (limestone) dengan seal rock (batuan penutup) yang sangat baik untuk tempat penyimpanan CO2 dan dapat meminimalkan kebocoran CO2 ke permukaan. Lapangan gas Arun juga memiliki lokasi yang strategis di dekat area Selat Malacca yang sangat sibuk sehingga dapat menjadi hub dari berbagai sumber penghasil CO2.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.