Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke posisi Rp16.228,5 pada perdagangan hari ini, Jumat (11/7/2025). Di sisi lain, greenback terpantau mengalami apresiasi.
Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka melemah tipis 4,50 poin atau 0,03% menuju level Rp16.228,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,12% ke 97,77.
Sementara itu, mata uang di Asia dibuka bervariasi. Yuan China menguat 0,04% bersama rupee India sebesar 0,04%. Sementara itu, yen Jepang dan won Korea melemah dengan persentase masing-masing 0,33% dan 0,02%.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan ditutup melemah pada rentang Rp16.220-Rp16.270 pada hari ini.
Menurutnya, ada sejumlah faktor yang memengaruhi nilai tukar. Dari eksternal, risalah rapat The Fed bulan Juni mengungkapkan penurunan suku bunga akan terjadi akhir tahun ini, dengan alasan tekanan inflasi yang sudah mereda dan potensi pelemahan ekonomi dan pasar tenaga kerja.
Beberapa anggota Fed mendukung kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan berikutnya, sementara yang lain tidak melihat adanya perubahan.
Baca Juga
“Para pembuat kebijakan umumnya memandang inflasi terkait tarif cenderung bersifat sementara atau terbatas dan mencatat bahwa ekspektasi inflasi tetap terjaga dengan baik,” ujar Ibrahim, Kamis (10/7/2025).
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump pada hari Rabu mengumumkan tarif 50% untuk impor tembaga, efektif 1 Agustus 2025, dengan klaim bahwa langkah tersebut bertujuan untuk mendorong industri tembaga dalam negeri.
Dari dalam negeri, pasar merespons positif terhadap pemerintah, meski belum mendapat kesepakatan baru. Pemerintah memastikan proses negosiasi dengan Amerika Serikat terkait tarif dagang sebesar 32% masih terus berjalan. Bahkan komunikasi kedua belah pihak terus dibangun agar mendapatkan win-win solution.
Sejak tarif dasar 32% diberlakukan atas sejumlah produk ekspor Indonesia setelah keanggotaan di BRICS, pemerintah aktif menyusun skema untuk meredam dampaknya, termasuk dengan opsi deregulasi hingga peningkatan impor dari AS. Namun, hingga kini belum ada sinyal perubahan dari Washington.
Sebelumnya, Donald Trump mengumumkan Indonesia akan tetap dikenakan tarif resiprokal sebesar 32%. Penerapan tarif baru ini akan berlaku mulai 1 Agustus 2025. Alasan Trump tidak menurunkan besaran tarif ke Indonesia, karena AS dan Indonesia tidak memiliki hubungan timbal balik perdagangan yang baik selama ini.