Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah analis masih mempertahankan target indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang 2025 pascaputusan tarif Trump terhadap Indonesia diumumkan. Bahkan, target IHSG sepanjang 2025 oleh sejumlah analis dipatok di atas level 7.000.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia misalny menargetkan pertumbuhan IHSG sepanjang 2025 hingga ke level 7.200–7.300. Target itu tidak mengalami pengubahan sejak Kiwoom menetapkannya.
“Target Kiwoom Research tetap sekitar 7.200–7.300 saja, konservatif,” kata Liza saat dihubungi, Rabu (9/7/2025).
Dibandingkan dengan pengumuman tarif Trump terhadap sejumlah negara di dunia pada April lalu, IHSG sempat tersungkur ke level 5.967,99. Torehan itu sekaligus menjadi capaian terendah kinerja IHSG sepanjang tahun berjalan 2025.
Liza menilai, perbedaan kinerja IHSG saat April dan pascaputusan Trump diumumkan adalah tidak lagi ada banyak investor asing di pasar modal Indonesia. Berdasarkan data Bursa pada perdagangan pekan lalu, jumlah investor domestik telah mendominasi pasar modal sebesar 63%.
Investor asing juga mencatatkan nilai jual bersih atau net sell sebesar Rp53,56 triliun sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) sampai akhir semester I/2025.
Senada, Equity Research Analyst OCBC Sekuritas Jessica Leonardy menerangkan proyeksi IHSG sepanjang 2025 dari OCBC Sekuritas bahkan lebih tinggi lagi pada level 7.700, tanpa pernah direvisi.
Dibandingkan semester I, Jessica melihat kinerja IHSG sepanjang semester II/2025 diprediksi bakal lebih baik. Beberapa pengaruhnya antara lain katalis domestik dan stimulus ekonomi dari pemerintah.
“Contohnya potensi pemangkasan suku bunga BI dan the Fed di semester II/2025. Selain itu, dukungan stimulus pemerintah untuk bulan Juni-Juli 2025 juga diharapkan dapat mendorong daya beli masyarakat dan memperbaiki performa emiten-emiten di paruh kedua,” katanya saat dihubungi, Rabu (9/7/2025).
Adapun Jessica berekspektasi bahwa BI Rate akan dipangkas kembali pada semester II/2025. Hal itu yang dinilai bakal memberikan katalis positif terhadap IHSG.
Begitu juga belanja pemerintah melalui stimulus ekonomi. Hal ini dinilai bakal memberikan sejumlah katalis positif bagi berbagai sektor di pasar modal Indonesia.
“Dari sisi global, kejelasan trade dan potensi rate cuts The Fed akan mendukung performa IHSG ke depannya,” tambahnya.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan juga menahan target IHSG di level 7.622. Menurutnya, tarif 32% yang dijatuhkan AS kepada Indonesia telah tampak dalam pergerakkan harga saham saat ini.
Terlebih lagi, Ekky memprediksi bakal ada sejumlah faktor pendorong IHSG ke depannya, seperti pemangkasan suku bunga, meredanya ketegangan global, dan dari dalam negeri, sektor energi terbarukan tengah menunjukkan potensi pertumbuhan.
“Selain itu, dampaknya terhadap PDB Indonesia juga diperkirakan relatif minim, kontribusinya hanya sekitar 2%, sehingga belum menjadi risiko sistemik bagi ekonomi secara keseluruhan,” kata Ekky saat dihubungi, Rabu (9/7/2025).
Dihubungi terpisah, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta merevisi target IHSG-nya. Sebelumnya, target IHSG Mirae Asset Sekuritas pada area 7.600 dan kini direvisi menjadi 7.300.
Akan tetapi, putusan tarif AS tidak menjadi satu-satunya alasan. Alasan lainnya adalah perlambatan ekonomi global. Seperti diketahui, International Monetary Fund atau IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025, yang sebelumnya 5,1% menjadi 4,7%.
Sejalan dengan itu, IMF juga memperkirakan pertumbuhan volume perdagangan global anjlok dari 3,8% pada 2024 menjadi hanya 1,7% pada 2025.
“[Alasan pemangkasan IHSG] bukan karena 1 faktor [tarif Trump] saja," katanya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.