Bisnis.com, JAKARTA — Arah kebijakan moneter global serta prospek pertumbuhan ekonomi menjadi beberapa faktor yang akan menentukan arah aliran modal asing di pasar saham pada semester II/2025.
Adapun, Indonesia termasuk negara yang dihindari oleh investor asing di sepanjang paruh pertama 2025, salah satunya imbas kebijakan tarif AS dan tensi geopolitik.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencatatkan nilai jual bersih atau net sell sebesar Rp53,56 triliun sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) sampai akhir semester I/2025.
Larinya dana asing dari pasar saham Indonesia sejalan dengan lesunya indeks harga saham gabungan (IHSG). Indeks mencatatkan pelemahan 2,15% ytd ke level 6.927,67.
Pada awal paruh kedua 2025, investor asing terpantau masih enggan untuk masuk ke Indonesia. Tercatat, nilai net sell asing sebesar Rp2,77 triliun pada perdagangan sepekan terakhir. Net sell asing kian menebal menjadi Rp55,99 triliun ytd per 4 Juli 2025.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai arah aliran dana asing pada semester II/2025 akan sangat ditentukan oleh kombinasi antara sentimen eksternal dan internal. Dari eksternal, investor mencermati kebijakan suku bunga The Fed, kondisi geopolitik global, serta outlook pertumbuhan ekonomi AS dan China.
Kemudian, sentimen domestik berasal arah suku bunga BI, stabilitas rupiah, dan kinerja fiskal.
"Meski net sell asing secara ytd masih cukup besar, peluang arus masuk kembali tetap terbuka terutama jika The Fed mulai menurunkan suku bunga dan investor mulai berburu yield ke negara berkembang," kata Felix kepada Bisnis pada Senin (7/7/2025).
Senada, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menilai aliran dana asing pada paruh kedua 2025 masih akan cukup fluktuatif dan bergantung pada dinamika global.
"Kami masih melihat ada ruang pembalikan arus dana asing di paruh kedua tahun ini, terutama jika ada katalis positif seperti penurunan suku bunga global, stabilnya nilai tukar rupiah, serta rilis data ekonomi domestik yang solid, termasuk pertumbuhan PDB [produk domestik bruto] kuartal II/2025 dan kinerja fiskal," ujar Miftah kepada Bisnis pada Senin (7/7/2025).
Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus mengatakan prospek aliran dana asing pada semester II/2025 diharapkan membaik dan asing kembali mencatatkan aksi beli di Bursa saham Indonesia.
"Sinyal positif mulai terlihat dari arus dana asing yang mulai masuk ke pasar obligasi seiring atraktifnya yield obligasi pemerintah Indonesia," kata Angga.
Dia melihat sentimen positif seperti proyeksi penurunan suku bunga The Fed pada September 2025 dan prospek penurunan suku bunga BI seiring stabilnya nilai tukar rupiah juga mendorong masuknya dana asing. Kemudian, meredanya ketegangan tarif perdagangan seiring perpanjangan negosiasi tarif impor AS dari 9 Juli 2025 sampai 1 Agustus 2025 pun memberi dorongan.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga menyebut katalis positif yang dapat menarik kembali modal asing ke pasar saham RI adalah potensi investor mengakumulasi saham-saham yang sudah undervalued.
Akan tetapi, terdapat tantangan bagi masuknya dana asing ke pasar saham Indonesia salah satunya adalah penurunan outlook pertumbuhan ekonomi 2025 dari pemerintah menjadi sebesar 5%. Angka tersebut lebih rendah dari asumsi APBN 2025 sebesar 5,2%.
"Pertumbuhan ekonomi disesuaikan. Itu juga akan memengaruhi net sell," kata Nafan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.