Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Samudera Indonesia (SMDR) Bicara Dampak Konflik Iran-Israel ke Sektor Pelayaran

Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) Bani M. Mulia membeberkan sejumlah dampak memanasnya konflik Iran dan Israel bagi kinerja bisnis pelayaran.
Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) Bani Maulana Mulia berpose seusai wawancara dengan Bisnis Indonesia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (3/8/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) Bani Maulana Mulia berpose seusai wawancara dengan Bisnis Indonesia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (3/8/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) Bani M. Mulia membeberkan sejumlah dampak memanasnya konflik Iran dan Israel bagi kinerja bisnis pelayaran seiring dengan terdapatnya potensi penutupan Selat Hormuz.

Konflik Iran dan Israel memang telah memanas sejak pertengahan Juni 2025. Bagi dunia pelayaran, konflik di Timur Tengah tersebut akan berpengaruh karena konflik menimbulkan kekhawatiran ditutupnya Selat Hormuz oleh Iran. 

Sebagai informasi, Selat Hormuz merupakan jalur penting perdagangan yang menjadi satu-satunya jalur laut yang menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab dan Samudra Hindia. Selat Hormuz juga menjadi jalur strategis yang mengalirkan hampir 30% pasokan minyak dunia.

Direktur Utama Samudera Indonesia Bani M. Mulia mengatakan ditutupnya Selat Hormuz akan berdampak pada peningkatan ongkos logistik serta biaya asuransi. Sebab, kapal-kapal harus mengambil rute yang lebih panjang. Harga minyak dunia pun kemudian melonjak.

"Harga rate [kapal] pasti naik, tanker rate apapun ya naik total. Akan tetapi, kalau barangnya enggak ada. Tetap saja kalau namanya total berhenti itu tidak mungkin menguntungkan siapa-siapa," ujar Bani setelah public expose pada Senin (30/6/2025) di Jakarta.

Dia menilai risiko penutupan Selat Hormuz akibat konflik Iran dan Israel akan menimbulkan dampak ke pasar. Akan tetapi, secara teknis, penutupan Selat Hormuz dirasa sulit.

Dari sisi Samudera Indonesia, Bani menilai kondisi geopolitik di Timur Tengah memang berpengaruh karena perseroan memiliki aktivitas operasi di sana. 

Akan tetapi sampai saat ini operasi berjalan dengan aman. Samudera Indonesia pun telah mengantispasi risiko dan optimistis menjalankan bisnis dengan kinerja bertumbuh.

"Sejauh ini, pada 2025 terbukti perdagangan tidak berhenti, bahkan volumenya naik," ujar Bani.

Berdasarkan laporan keuangan, SMDR sendiri telah mencatatkan pendapatan yang naik 15,82% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi US$181,15 juta per kuartal I/2025, dibandingkan dengan US$156,4 juta per kuartal I/2024.

SMDR pun telah mencatatkan laba bersih sebesar US$15,51 juta per kuartal I/2025, naik 52,73% YoY dibandingkan dengan laba pada periode yang sama tahun sebelumnya US$10,15 juta.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper