Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Perkasa, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.406

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah ke posisi Rp16.406 pada perdagangan Kamis (19/6/2025).
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan Dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (3/3/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan Dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (3/3/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah ke posisi Rp16.406 pada perdagangan Kamis (19/6/2025). Di sisi lain, greenback terpantau menguat tipis. 

Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup melemah sebesar 93,50 poin atau 0,57% ke level Rp16.406 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS menguat 0,11% menuju 99.

Sementara itu, mata uang di Asia mayoritas melemah. Yen Jepang terkontraksi 0,18% bersama won Korea sebesar 0,46%, lalu rupee India dan ringgit Malaysia juga melemah masing-masing 0,38% dan 0,25%.

Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa greenback menguat di tengah meningkatnya tensi geopolitik antara AS dan Iran serta sikap hati-hati Federal Reserve terhadap arah suku bunga ke depan.

“Laporan Bloomberg menyebutkan bahwa pejabat senior AS sedang mempersiapkan serangan terhadap Iran dalam beberapa hari ke depan. Ini membuka kemungkinan keterlibatan langsung Washington dalam konflik Timur Tengah,” kata Ibrahim, Kamis (19/6/2025).

Di saat bersamaan, The Fed mempertahankan kebojaka  suku bunga pada level 4,25%–4,50% dalam keputusan terbarunya. Namun, Ketua The Fed Jerome Powell mengisyaratkan penurunan suku bunga yang lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.

“Powell menyebut inflasi barang kemungkinan akan meningkat musim panas ini akibat dampak tarif yang diberlakukan Trump terhadap barang impor, yang mulai merambat ke harga konsumen,” ucap Ibrahim.

Dari dalam negeri, pencairan gaji ke-13 Aparatur Sipil Negara (ASN) dan insentif pemerintah pada Juni 2025 diperkirakan menjadi penopang sementara bagi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025.

Namun, menurut Ibrahim, potensi eskalasi perang di Timur Tengah tetap menjadi batu sandungan bagi Indonesia. Dia mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2025 kemungkinan masih di bawah 5% YoY atau sekitar 4,8%.

Pemerintah mengandalkan paket insentif untuk mendorong konsumsi rumah tangga, yang menyumbang sekitar 55% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Bila insentif berjalan optimal, konsumsi rumah tangga bisa tumbuh lebih tinggi dari posisi saat ini di 4,8%.

Namun, dampak dari insentif sangat tergantung pada besaran dan durasi pelaksanaannya. Jika hanya berlangsung dua bulan, efeknya akan terbatas.

Dengan situasi saat itu, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup melemah di kisaran Rp16.400 - Rp16.460 pada Jumat (19/6/2025).

____________________

 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper