Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Bisnis-27 dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (19/6/2025). Sejumlah saham di dalam indeks, seperti INKP, ANTM, hingga BBRI turut bergerak di zona merah hari ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pukul 09.15 WIB, indeks hasil kerja sama Bursa dengan Harian Bisnis Indonesia ini dibuka melemah ke level 505,77 atau terkoreksi 0,76% dari penutupan perdagangan sebelumnya. Dari 27 konstituen di dalam indeks, sebanyak 2 saham menguat, 20 melemah, dan 5 stagnan.
Saham PT Indosat Tbk. (ISAT) memimpin dengan menguat 2,87% ke Rp2.150 per lembar saham, diikuti oleh saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) yang menguat 0,42% ke Rp4.810 pada pembukaan perdagangan.
Sementara itu, koreksi terdalam dialami oleh PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) yang melemah 2,07% ke Rp5.900, saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) melemah 1,91% ke Rp770, hingga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang melemah 1,78% ke Rp3.870.
Tidak hanya itu, saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) juga melemah 1,69% ke Rp3.490, saham PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) melemah 1,61% ke Rp1.525, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) melemah 1,48% ke Rp5.000, saham PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) melemah 1,47% ke Rp2.010, dan saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) turut melemah 1,29% ke Rp2.300.
Sementara itu, sejumlah saham di dalam indeks yang masih belum bergerak pada pembukaan perdagangan antara lain PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA), PT Indofood CBP Sukses Tbk. (ICBP), PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA), hingga PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS).
Baca Juga
Sebelumnya, Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim menjelaskan pasar terimbas sentimen negatif dari meningkatnya intensitas perang Iran-Israel dan kekhawatiran bahwa AS akan ikut serta dalam konflik tersebut.
Dari domestik, sesuai dengan perkiraan, Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 5.5%. Keputusan ini sejalan dengan inflasi yang terkendali dalam kisaran target BI, stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang tinggi, serta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Secara teknikal, lanjut Ratna, indikator Stochastic RSI IHSG berada di area oversold. Namun, indikator MACD cenderung mendatar. Bollinger bands menyempit yang mengindikasikan pasar menunggu sentimen baru untuk naik atau melanjutkan koreksi.
“IHSG kembali ditutup di bawah MA200 dan sempat menembus level 7.100. Di tengah tekanan geopolitik eksternal yang meningkat dan minimnya sentimen positif baru, diperkirakan IHSG konsolidasi di kisaran 7.000-7.200,” tulis Ratna dalam risetnya, Kamis (19/6/2025).
Hari ini, dari Inggris, Bank of England diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya pada level 4,25%. Pasar juga akan mencermati perkembangan konflik Iran-Israel dan kemajuan negosiasi tarif antara AS dan para mitra dagangnya.
Tim Analis MNC Sekuritas mencatat IHSG ditutup turun 0,67% ke level 7.107 pada perdagangan kemarin, Rabu (18/6/2025), yang masih disertai dengan munculnya tekanan jual, pergerakan IHSG pun kembali turun ke bawah MA20.
Pada label merah, apabila IHSG break 7,240 maka diperkirakan IHSG akan membentuk wave (v) dari wave [a] yang akan menguji 7,263-7,355.
“Pada label merah, apabila IHSG break 7.240 maka diperkirakan IHSG akan membentuk wave (v) dari wave [a] yang akan menguji 7.263-7.355,” tulis Tim MNC Sekuritas dalam risetnya, Kamis (19/6/2025). “Namun pada label hitam, masih terdapat potensi koreksi IHSG ke rentang area 6.721-6.919.”
Untuk hari ini, MNC Sekuritas memproyeksikan level support IHSG di 7.079 dan 7.009, sedangkan resistance berada di 7.240 dan 7.324. Saham-saham yang direkomendasikan antara lain BBTN, JPFA, PSAB, dan TLKM.
___________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.