Bisnis.com, JAKARTA — PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) membukukan nilai kontrak baru sebesar Rp1,4 triliun hingga Juni 2025. Mayoritas kontrak berasal dari proyek gedung, seperti gedung DPRD DIY dan sejumlah rumah sakit daerah.
Perolehan kontrak baru itu tercatat mengalami kontraksi secara tahunan. Melansir laporan presentasi perusahaan, WSKT meraih kontrak baru senilai Rp2,9 triliun pada Januari-Juni 2024. Artinya, kontrak baru perseroan turun 51,72% year on year (YoY).
Direktur Keuangan Waskita Karya, Wiwi Suprihatno, mengatakan perseroan melakukan mitigasi risiko melalui manajemen konstruksi sebelum mengambil proyek. Langkah ini agar proyek yang dikelola tidak membebani keuangan dan rendah risiko.
“Kini, Waskita lebih selektif dalam memilih proyek baru. Perseroan berfokus pada proyek dengan skema monthly payment serta memiliki uang muka,” ujar Wiwi melalui keterangan tertulis pada Kamis (19/6/2025).
Sampai dengan Juni 2025, emiten konstruksi pelat merah ini telah mengelola 52 proyek. Mulai dari pembangunan gedung, konektivitas, bendungan, hingga irigasi.
Wiwi menyampaikan WSKT turut mengelola beberapa proyek strategis, antara lain LRT Velodrome-Manggarai, Jalan Tol Palembang-Betung, dan Bendungan Jragung.
Baca Juga
Baru-baru ini, perseroan kembali meraih kontrak di Ibu Kota Nusantara (IKN) berupa Peningkatan Jalan Paket D di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) 1B-1C IKN, Kalimantan Timur, dengan nilai proyek sebesar Rp396,6 miliar.
Tidak hanya mengejar kontrak baru, Wiwi menyatakan bahwa Waskita saat ini juga fokus pada implementasi restrukturisasi, perbaikan tata kelola perusahaan, sekaligus transformasi pada sisi operasional dan keuangan.
Seperti diketahui, pada tahun lalu, WSKT mendapat persetujuan dari 22 kreditur perbankan Master Restructuring Agreement (MRA) dan Kredit Modal Kerja Penjaminan (KMKP) 2021 dengan nilai outstanding sebesar Rp31,65 triliun.
"Pada Oktober 2024, usulan restrukturisasi MRA terbaru itu sudah dinyatakan efektif. Dengan begitu, perseroan sekarang memiliki fleksibilitas atas skema cash waterfall dan pengelolaan kas yang dimiliki,” kata Wiwi.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.