Bisnis.com, JAKARTA — Emiten komponen otomotif seperti DRMA, AUTO, hingga SMSM menyiapkan berbagai strategi untuk menjaga kinerja di tengah lesunya pasar otomotif nasional. Penurunan penjualan kendaraan roda empat sejak awal tahun membuat pelaku industri pendukung otomotif bergerak cepat menyiasati perlambatan.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan, penjualan mobil wholesales pada periode Januari–Mei 2025 tercatat sebanyak 316.981 unit, turun 5,5% dibandingkan 335.405 unit pada periode yang sama tahun lalu. Penjualan ritel pun turut menyusut 9,2% menjadi 328.852 unit dari sebelumnya 362.163 unit.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri penunjang otomotif. PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA), emiten milik konglomerat TP Rachmat, mengandalkan efisiensi, penguatan kualitas produk, serta perluasan pasar sebagai respons atas menurunnya permintaan domestik.
Presiden Direktur DRMA Irianto Santoso menyebut langkah efisiensi dilakukan dengan meningkatkan performa QCD (quality, cost & delivery), sambil tetap membidik pertumbuhan penjualan 10% hingga akhir tahun.
"Berkat langkah-langkah tersebut, penurunan kinerja kami tidak sedalam industri secara keseluruhan. Hingga akhir tahun, kami menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 10% dari tahun lalu," ujarnya, Rabu (18/6/2025).
DRMA juga memperkuat pengembangan core engineering untuk menciptakan komponen otomotif yang belum dilokalisasi, termasuk produk yang sesuai dengan ketentuan TKDN dan arah elektrifikasi kendaraan.
Baca Juga
"Dengan adanya persyaratan TKDN dan juga berbagai insentif pemerintah untuk kendaraan listrik, kami melihat ini sebagai peluang yang besar bagi pertumbuhan bisnis kami ke depannya," lanjutnya.
Tak hanya fokus di dalam negeri, DRMA juga aktif menyasar pasar ekspor, termasuk ke Amerika Serikat dan Korea Selatan. Meski sempat muncul kekhawatiran soal tarif tambahan 25% dari pemerintah AS, Irianto menyebut dampaknya masih terbatas, lantaran produk DRMA sudah lebih dulu dikenai tarif dasar 5% dan tetap kompetitif dibandingkan impor dari Meksiko.
Senada, emiten komponen otomotif Grup Astra, PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO), juga berkomitmen memperluas pasar ekspor sambil memperkuat kanal distribusi domestik.
Direktur AUTO Sophie Handili mengatakan permintaan dari kawasan Asia, Timur Tengah, dan Afrika masih cukup stabil dan menjadi fokus ekspansi ekspor.
"Saat ini, pasar ekspor utama AUTO masih didominasi oleh negara-negara di kawasan Asia, Timur Tengah, dan Afrika. Wilayah ini memiliki permintaan yang cukup stabil terhadap produk-produk komponen otomotif kami dan menjadi fondasi penting dalam strategi ekspor perseroan," ujar Sophie kepada Bisnis, dikutip Jumat (13/6/2025).
Menurutnya, upaya ini dilakukan melalui penguatan kemitraan global, peningkatan kualitas dan standar produk sesuai regulasi internasional, serta pemanfaatan jaringan distribusi yang lebih luas.
AUTO memiliki lima pabrik komponen otomotif yang tersebar di berbagai negara, meliputi China, Vietnam, dan Filipina.
Di dalam negeri, perseroan memiliki sebanyak 55 pabrik yang tersebar di Jakarta, Bogor, Karawang, Cikarang, Subang, Purwakarta, Cirebon, hingga Semarang.
Selain memperluas pasar ekspor, AUTO juga menggenjot kinerja di segmen perdagangan (trading) komponen otomotif, sejalan dengan masifnya persebaran jumlah gerai milik perseroan.
Secara keseluruhan, AUTO memiliki 611 cabang gerai yang terdiri dari Shop & Drive, Astra Otoservice, Shop & Bike, Motoquick, dan Super Shop & Drive.
Pada kuartal I/2025, segmen trading AUTO berkontribusi sebesar 46%, sedangkan segmen manufaktur menyumbang 54%.
Dari sisi kinerja, AUTO mencetak laba bersih Rp505,57 miliar, naik 6,43% secara tahunan. Pendapatan bersihnya naik 6,45% menjadi Rp4,89 triliun, dengan kontribusi manufaktur Rp2,63 triliun dan perdagangan Rp2,25 triliun. Penjualan ekspor ke pihak ketiga juga tumbuh menjadi Rp437,07 miliar dari sebelumnya Rp397,19 miliar.
Sementara itu, PT Selamat Sempurna Tbk. (SMSM) mengandalkan kekuatan pasar ekspor dan segmen aftermarket untuk menjaga stabilitas kinerja. Wakil Direktur Utama SMSM Ang Andri Pribadi mengatakan permintaan dari ATPM dalam negeri memang mengalami kontraksi, namun kontribusinya terhadap total pendapatan perseroan relatif kecil.
"Penjualan lokal SMSM yang disuplai ke ATPM juga mengalami kontraksi, namun secara umum dampaknya terhadap kinerja SMSM tidak terlalu signifikan untuk saat ini, mengingat sebagian besar penjualan kami berasal dari pasar ekspor dan segmen aftermarket," ujarnya, Kamis (12/6/2025).
SMSM telah mengekspor produk ke lebih dari 120 negara di lima benua, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Australia, dan Jerman. Permintaan terhadap filter dan radiator masih stabil karena berkaitan dengan kebutuhan perawatan kendaraan, baik baru maupun lama.
Perseroan juga terus mengembangkan produk baru dan memperluas jaringan distribusi di dalam negeri untuk tetap relevan dengan kebutuhan pasar. Untuk menopang ekspor, SMSM mengandalkan dua fasilitas produksi di Kapuk dan Tangerang, dengan kapasitas masing-masing 96 juta unit filter dan 1,95 juta unit radiator per tahun.
Dari sisi finansial, SMSM membukukan penjualan neto Rp1,25 triliun sepanjang kuartal I/2025, naik 8,22% year-on-year. Laba bersihnya melesat 22,47% menjadi Rp265,01 miliar.