Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konflik Iran-Israel Berlanjut, Wall Street Ditutup Melemah

Bursa AS ditutup melemah pada perdagangan Selasa (17/6/2025) seiring berlanjutnya konflik antara Israel dan Iran yang telah memasuki hari kelima.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup di zona merah pada Selasa (17/6/2025), terseret memanasnya konflik antara Israel dan Iran yang telah memasuki hari kelima.

Melansir Reuters pada Rabu (18/6/2025), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 299,29 poin atau 0,70% ke level 42.215,80. Indeks S&P 500 terkoreksi 50,39 poin atau 0,84% ke 5.982,72, sedangkan Nasdaq Composite merosot 180,12 poin atau 0,91% ke posisi 19.521,09.

Kondisi geopolitik di Timur Tengah menjadi katalis utama pergerakan pasar. Tiga pejabat AS menyebutkan bahwa Pentagon memperkuat kehadiran militernya di kawasan dengan mengirim lebih banyak jet tempur serta memperpanjang masa penugasan pesawat tempur yang telah siaga di sana.

Ketegangan memuncak setelah Presiden AS Donald Trump menyerukan agar Iran menyerah tanpa syarat, menyusul serangan Israel terhadap fasilitas nuklir di Teheran pada Jumat pekan lalu.

“Kita tengah berada di fase dengan visibilitas pasar yang rendah, tingkat ketidakpastian tinggi, dan dinding kekhawatiran yang terus menjulang,” ujarnya.

Analis U.S. Bank Wealth Management Terry Sandven mengatakan pasar kemungkinan akan bergerak mendatar dalam waktu dekat sembari menanti arah kebijakan yang lebih jelas, meski ia menilai secara umum fundamental emiten tetap solid.

Selain perkembangan geopolitik, pelaku pasar juga mencermati dinamika kebijakan ekonomi domestik, termasuk arah reformasi pajak, kelanjutan kebijakan tarif dari pemerintahan Trump, serta keputusan suku bunga dari The Federal Reserve yang dijadwalkan diumumkan Rabu waktu setempat. Pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga pada level saat ini.

Hampir seluruh sektor dalam indeks S&P 500 mengalami tekanan, kecuali sektor energi yang mencatat penguatan seiring lonjakan harga minyak mentah. Pasar mengkhawatirkan dampak lanjutan dari konflik di kawasan produsen utama minyak terhadap rantai pasok global.

Sementara itu, saham-saham energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin melemah setelah Partai Republik di Senat mengusulkan perubahan dalam RUU pemotongan pajak Presiden Trump, termasuk penghapusan bertahap insentif pajak untuk sektor tersebut mulai 2028.

Di sisi lain, data ekonomi yang dirilis Selasa menunjukkan bahwa penjualan ritel AS pada Mei turun lebih tajam dari perkiraan, sementara produksi manufaktur hanya mencatatkan kenaikan tipis.

“Selama ini konsumen AS tampak tangguh, tapi kini mulai menunjukkan sinyal kehati-hatian,” kata Brian Jacobsen, Kepala Ekonom Annex Wealth Management.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper