Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah kembali ditutup menguat pada perdagangan awal pekan, Senin (2/6/2025). Rupiah ditutup menguat pada level Rp16.253 per dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 73,5 poin atau 0,45% ke Rp16.253 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,56% ke 98,77.
Bersama dengan rupiah, sejumlah mata uang di Asia juga ditutup menguat. Yen Jepang ditutup naik 0,79%, dolar Hong Kong melemah 0,03%, dolar Singapura menguat 0,38%, dolar Taiwan melemah 0,26%, dan won Korea melemah 0,56%.
Lalu peso Filipina menguat 0,09%, rupee India naik 0,26%, yuan China melemah 0,18%, ringgit Malaysia melemah 0,32%, dan baht Thailand menguat 0,97%.
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan kekhawatiran akan eskalasi perang dagang AS-Tiongkok meningkat setelah Presiden Donald Trump menuduh China melanggar kesepakatan dagang baru-baru ini. Pasar juga terguncang oleh kenaikan tarif impor baja dan aluminium Trump, yang membuat investor tidak yakin atas kebijakan AS.
China juga dengan tegas menolak tuduhan Trump bahwa negara itu telah melanggar ketentuan kesepakatan dagang pertengahan Mei, yang ditandatangani di Jenewa. Kementerian perdagangan China mengatakan tuduhan Trump tidak masuk akal, dan bahwa Beijing akan terus melindungi kepentingannya.
Baca Juga
Trump tidak menyebutkan secara spesifik pelanggaran China apa saja. Tanggapan China menambah tanda-tanda ketegangan baru-baru ini dalam hubungan AS-China, terutama setelah pejabat AS mengakui minggu lalu bahwa perundingan dagang antara keduanya telah terhenti.
Dari dalam negeri, tren kontraksi Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia terus berlanjut pada Mei 2025 yang tercatat di level 47,4 atau masih di bawah ambang batas normal yakni 50. Namun, angka ini meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 46,7.
Berdasarkan laporan S&P Global, sektor manufaktur Indonesia terus mengalami penurunan pada pertengahan menuju triwulan kedua, dipicu turunnya output dan permintaan baru yang terus melemah sejak April lalu. Penurunan permintaan pesanan baru pada Mei 2025 merupakan kondisi terparah dalam waktu hampir 4 tahun terakhir yang menyebabkan anjloknya volume produksi.
Kinerja ekspor juga disebut terus menurun, sementara perusahaan manufaktur nasional masih berupaya menyesuaikan inventaris dan tingkat pembelian menanggapi kondisi permintaan yang lemah. Kendati demikian, jika melihat tingkat keyakinan pengusaha disebut masih menguat lantaran perkiraan output produksi yang masih menguat dan upaya menyerap tenaga kerja.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan rupiah akan ditutup menguat pada rentang Rp16.200-Rp16.250 per dolar AS.