Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat Sentuh Level Rp16.455 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat sentuh level Rp16.455 pada perdagangan hari ini, Jumat (16/5/2025).
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (7/5/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (7/5/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka menguat ke level Rp16.455 pada perdagangan hari ini, Jumat (16/5/2025). Rupiah dibuka menguat bersama sejumlah mata uang lain di Asia.

Mengutip data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka menguat 0,44% ke Rp16.455 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,23% ke 100,64.

Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia dibuka bervariasi. Yen Jepang menguat 0,34%, dolar Hong Kong turun 0,03%, dolar Singapura naik 0,14%, dolar Taiwan menguat 0,27%, dan won Korea Selatan menguat 0,14%.

Lalu peso Filipina menguat 0,27%, rupee India melemah 0,32%, yuan China menguat 0,11%, ringgit Malaysia menguat 0,40%, dan baht Thailand menguat 0,44%.

Melansir Reuters, dolar AS melemah seiring dengan turunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS (U.S. Treasury yields) pada hari Jumat. Hal ini setelah data ekonomi AS yang mengecewakan sepanjang pekan ini menguatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga lebih banyak lagi tahun ini.

Pekan ini dimulai dengan sejumlah sentimen positif pasar, yang dipimpin oleh kesepakatan gencatan dagang antara AS dan China yang sempat mendorong dolar menguat. Namun, euforia tersebut dengan cepat mereda, menyebabkan perdagangan mata uang menjadi stagnan.

"Spekulasi kembali mencuat bahwa Presiden Trump mendukung dolar yang lebih lemah, yang berpotensi menekan pemerintah lain untuk membiarkan mata uang mereka menguat dalam negosiasi dagang," kata George Vessey, Lead FX and Macro Strategist Convera.

"Pelemahan mata uang Asia terhadap dolar telah lama dianggap menguntungkan bagi para eksportir regional, sebuah pandangan yang coba dilawan oleh pemerintahan AS."

Di pasar yang lebih luas, dolar masih kesulitan untuk pulih setelah anjlok pada malam sebelumnya. Hal ini menyusul data yang menunjukkan bahwa harga produsen (producer prices) AS secara tak terduga turun pada bulan April.

Angka PPI ini muncul setelah sebelumnya dalam pekan yang sama rilis data inflasi konsumen yang juga lemah, sehingga semakin menguatkan ekspektasi bahwa The Fed kemungkinan besar akan memangkas suku bunga setidaknya dua kali tahun ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper