Bisnis.com, JAKARTA – Reli bursa saham Eropa selama 10 hari beruntun terhenti menyusul kekhawatiran pasar terhadap legitimasi politik Friedrich Merz, Kanselir Jerman yang baru terpilih, untuk mendorong agenda besarnya.
Melansir Bloomberg, Rabu (6/5/2025), indeks Stoxx Europe 600 ditutup melemah 0,2%, sedangkan indeks utama Jerman, DAX, terkoreksi 0,4%.
Adapun indeks MDAX yang berisi saham-saham menengah Jerman merosot hingga 0,9%. Sektor kesehatan dan sumber daya alam menjadi penekan utama pasar.
Merz memang berhasil mengantongi dukungan parlemen lewat pemungutan suara kedua, namun dinamika politik yang tidak solid dinilai mengikis optimisme investor yang semula berharap pada lonjakan belanja negara untuk sektor pertahanan dan infrastruktur.
Kepala ekonom Berenberg Bank Holger Schmieding mengatakan awal yang tidak mulus ini memperlihatkan bahwa Merz belum bisa sepenuhnya bergantung pada koalisinya,.
”Hal ini menimbulkan keraguan terhadap kapasitas Merz dalam mengeksekusi program-program utamanya, baik di mata publik dalam negeri maupun di level internasional,” jelasnya.
Baca Juga
Saham energi menjadi pengecualian dengan mencatatkan kinerja positif, seiring dengan rebound harga minyak setelah tekanan teknikal yang sebelumnya dinilai berlebihan.
Bursa saham Eropa sempat pulih dari koreksi yang terjadi sejak awal April, saat Presiden AS Donald Trump meningkatkan tekanan dagang lewat kebijakan tarif. Laporan keuangan kuartal sejauh ini cukup menenangkan pasar, dan saham-saham Eropa tetap menjadi pilihan investor. Meski begitu, ketegangan perdagangan masih menghantui beberapa laporan kinerja emiten.
Laporan keuangan Selasa menunjukkan hasil yang beragam. Royal Philips NV memangkas proyeksi margin laba tahunan karena tingginya biaya terkait hambatan dagang. Di sisi lain, saham Vestas Wind Systems A/S melesat setelah mempertahankan target tahunan meski mengakui adanya “ketidakpastian global.”
Sementara itu, Continental AG membukukan lonjakan laba lebih dari dua kali lipat pada kuartal pertama berkat efisiensi di unit suku cadang otomotif dan pemulihan penjualan ban.
Kekhawatiran soal tarif masih mendominasi sentimen. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyampaikan kepada CNBC International bahwa negosiasi dengan China bisa menunjukkan “kemajuan besar” dalam beberapa pekan ke depan.
Sumber Bloomberg menyebut Uni Eropa bersiap mengenakan tarif tambahan senilai 100 miliar euro terhadap produk-produk Amerika Serikat jika pembicaraan dagang tidak menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan blok tersebut.
Dengan masa tenggang tarif 90 hari yang segera berakhir berbarengan dengan musim laporan keuangan kuartal kedua, pasar diperkirakan akan kembali menghadapi gejolak.
CEO EFG Asset Management Daniel Murray memperkirakan, banyak perusahaan akan menunda ekspansi dan perekrutan hingga ada kepastian soal arah kebijakan tarif.
“Pasar berharap konflik dagang bisa mereda sebelum periode tersebut, namun tidak ada jaminan,” ujarnya.