Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendapatan dan Laba Indika Energy (INDY) Terkikis Imbas Penurunan Harga Batu Bara

Indika Energy (INDY) membukukan pendapatan US$489,6 juta sepanjang kuartal I/2025, atau turun 13,7% year-on-year (YoY).
Dari kiri: Direktur PT Indika Energy Tbk. (INDY) Karmen K. Palatov, Direktur INDY Retina Rosabai, Wakil Direktur Utama INDY Azis Armand, dan Direktur INDY Purbaja Pantja dalam paparan publik Indika Energy di Jakarta, Rabu (20/11/2024). JIBI/Annisa Kurniasari Saumi.
Dari kiri: Direktur PT Indika Energy Tbk. (INDY) Karmen K. Palatov, Direktur INDY Retina Rosabai, Wakil Direktur Utama INDY Azis Armand, dan Direktur INDY Purbaja Pantja dalam paparan publik Indika Energy di Jakarta, Rabu (20/11/2024). JIBI/Annisa Kurniasari Saumi.

Bisnis.com, JAKARTA – Pundi-pundi pendapatan dan laba bersih PT Indika Energy Tbk. (INDY) mengempis pada kuartal I/2025 dipengaruhi oleh penurunan harga jual batu bara.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2025, INDY membukukan pendapatan US$489,6 juta sepanjang kuartal I/2025. Capaian itu turun 13,7% year-on-year (YoY) dari US$ 567,3 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Ricky Fernando, Head of Corporate Communications Indika Energy, menjabarkan bahwa penurunan pendapatan terutama disebabkan oleh penurunan kontribusi dari Kideco karena penurunan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) dan Indika Indonesia Resources karena volume perdagangan yang lebih rendah. 

Pada kuartal I/2025, pendapatan Kideco turun 11,6% YoY menjadi US$400,1 juta. Hal itu disebabkan menurunnya harga jual rata-rata batu bara sebesar 12,9% menjadi US$52,0 per ton pada Januari—Maret 2025 dengan volume penjualan sebesar 7,3 juta ton. 

Dari total volume penjualan tersebut, Kideco menjual 41% untuk pasar domestik, atau melebihi Domestic Market Obligation (DMO) batu bara yaitu sebesar 25%. 

Sementara itu, volume penjualan batu bara Kideco untuk pasar ekspor mencapai 59% dengan negara tujuan China, India, Korea Selatan, Jepang dan negara-negara lainnya.

Senada, pendapatan Indika Indonesia Resources (IIR) tercatat anjlok 86,5% YoY menjadi US$9,3 juta pada 3 bulan pertama 2025. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya pendapatan dari perdagangan batu bara menjadi hanya US$5,6 juta dengan volume 0,1 juta ton pada kuartal I/2025. 

Manajemen INDY menjabarkan kebijakan penggunaan Harga Batu Bara Acuan (HBA) sebagai acuan transaksi batu bara yang dimulai pada 1 Maret 2025 juga berdampak pada penurunan kinerja Kideco dan IIR. 

Pada 3 bulan pertama 2025, pendapatan yang tersisa sebagian besar berasal dari aktivitas perdagangan non-batu bara, khususnya bauksit dari Mekko.

Di luar bisnis batu bara, INDY mencatat kontribusi pendapatan sebesar 18,0% atau meningkat dibandingkan dengan 8,5% pada kuartal I/2024. 

Anak usaha INDY, Tripatra mencatat lonjakan pendapatan sebesar 95,9% YoY menjadi US$61,8 juta. Lesatan pendapatan itu terutama didorong oleh proyek Posco senilai US$ 17,7 juta, proyek Akasia Bagus US$ 14,3 juta, dan pabrik amonia milik Pupuk Kaltim US$ 8,1 juta. 

Selain itu, perusahaan logistik terintegrasi Interport Mandiri Utama (Interport), mencatat kenaikan pendapatan sebesar 1,6% YoY menjadi US$28,0 juta yang berasal dari Cotrans US$ 17,1 juta, KGTE (penyimpanan bahan bakar) US$7,6 juta, serta sisanya dari Interport Business Park (IBP) dan ILSS.

Di sisi lain, INDY mencatat beban pokok kontrak dan penjualan (COGS) turun sebesar 10,1% YoY menjadi US$425,9 juta pada kuartal I/2025 dari sebelumnya US$473,8 juta pada 3 bulan pertama 2024. 

Alhasil, INDY membukukan penurunan laba bersih pada kuartal I/2025. Laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk INDY anjlok 85,58% YoY dari US$20,1 juta pada kuartal I/2024 menjadi US$2,9 juta pada 3 bulan pertama 2025.

M. Arsjad Rasjid P.M., Direktur Utama Indika Energy, menuturkan bahwa sepanjang kuartal I/2025 perseroan secara konsisten menjaga produktivitas, mengoptimalkan kegiatan operasional, dan mendukung ketahanan energi nasional. 

“Hasil kinerja kuartal I/2025 mencerminkan tantangan yang dihadapi di sektor batu bara, khususnya akibat harga jual yang menurun,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (3/5/2025). 

Menurut Arsjad, INDY tetap berkomitmen pada strategi diversifikasi dengan terus meningkatkan investasi di sektor non-batu bara–termasuk di sektor mineral, energi baru dan terbarukan, dan kendaraan listrik. 

“Keputusan kami mengalokasikan 94% belanja modal untuk bisnis non-batu bara mencerminkan arah strategis perusahaan menuju masa depan rendah karbon,” tutur Arsjad.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper