Bisnis.com, JAKARTA -- PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel membukukan laba bersih Rp526,31 miliar pada kuartal I/2025, naik tipis dibandingkan periode yang sama 2024 sebesar Rp520,98 miliar.
Pertumbuhan laba MTEL itu lantaran peningkatan pendapatan menjadi Rp2,26 triliun dari posisi Rp2,23 triliun, sementara beban terjaga pada Rp1,24 triliun. MTEL lantas mencetak laba operasi sebesar Rp1,01 triliun turun tipis dari Rp1,02 triliun pada kuartal I/2024.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan capaian perseroan pada kuartal I/2025 menunjukkan MTEL berada pada jalur yang tepat untuk mencapai target 2025.
"Pertumbuhan yang kami raih bukan semata hasil dari ekspansi aset, tetapi juga hasil dari upaya kami dalam bertransformasi menciptakan produk dan layanan sesuai kebutuhan MNO, membangun kinerja operasional yang excellent, serta penguatan kemitraan dengan para operator seluler,” katanya di Jakarta, Selasa (29/4/2025).
Pada periode 3 bulan pertama, MTEL telah menambah sebanyak 189 menara sehingga secara total memiliki 39.593 unit, tumbuh 3,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penambahan menara itu bertujuan menjawab kebutuhan mobile network operator (MNO). Adapun, jumlah tenant MTEL meningkat 4,2% menjadi 60.259, dengan rasio penyewaan (tenancy ratio) tetap stabil di angka 1,52x.
Baca Juga
Saat bersamaan, bisnis fiber optik Mitratel tumbuh pesat. Panjang kabel fiber yang telah terpasang dan digunakan oleh tenant mencapai 53.544 kilometer, atau naik 47,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lonjakan ini disumbang oleh ekspansi infrastruktur serta langkah inorganik melalui akuisisi aset fiber dari pihak ketiga.
Rekomendasi Saham MTEL
Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis dan Kafi Anan melalui risetnya menyebut kinerja MTEL pada kuartal I/2025 sudah sesuai dengan estimasi. Pencapaian laba bersih setara dengan 23,8% dari perkiraan tahun 2025 dari BRI Danareksa Sekurtas dan konsensus analis.
BRI Danareksa Sekuritas memberikan pandangan positif terhadap keberhasilan MTEL menekan beban keuangan melalui pemangkasan utang. Di sisi kinerja operasional, perseroan mampu menambah sebanyak 391 tenan baru dengan ratio tenancy stabil 1,52 kali.
Hal ini diraih di saat industri operator telekomunikasi tengah gencar melakukan konsolidasi. Dengan sejumlah perbaikan tersebut, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham MTEL dengan target harga Rp 800.
Terpisah, Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy juga menilai pencapaian MTEL melalui kenaikan pendapatan 2,4% YoY menjadi Rp 2,26 triliun, EBITDA sebanyak 2,2% menjadi Rp1,88 triliun, dan laba bersih naik 1% menjadi Rp 526 miliar sudah sesuai estimasi Sucor Sekuritas dan konsensus analis.
“Pencapaian kinerja tersebut sudah sesuai estimasi kami, konsensus analis, dan target manajemen MTEL terkait pertumbuhan low-single-digit tahun 2025,” tulisnya pada riset terbaru.
Menurutnya, penambahan menara dan posisinya yang manyoritas di luar Jawa menjadi modal MTEL sebagai mitra strategis operator yang bakal gencar ekspansi setelah konsolidasi. Adapun, MTEL telah menambah sebanyak 391 tenan bersih selama kuartal I/2025 atau sesuai dengan target. Tahun ini, ditargetkan penambahan sebanyak 2.500 tenan baru.
Melihat performa kuartal I/2025 dan kondisi industri, lanjut Paulus, Mitratel diprediksi pertahankan pertumbuhan pendapatan berkisar 2,3% tahun ini dengan laba bersih stabil. Target kinerja ini mengasumsikan penyerapan belanja modal anorganik sebesar Rp2 triliun untuk menara telekomunikasi dan bisnis fiber.
“Kami mempertahankan pandangan MTEL sebagai saham investasi defensif, seiring resiliensi bisnis penyewaan menara telekomunikasi dan minimnya dampak perusahan ini terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang. Hal ini mendorong kami mempertahankan rekomendasi beli saham MTEL dengan target harga terdekat Rp620,” tulisnya.
Melansir Bloomberg, dari 26 analis yang mengulas saham MTEL, sebanyak 24 analis atau mayoritas memberikan rekomendasi beli. Sisanya, 2 analis menyarankan tahan untuk saham MTEL. Adapun, target harga saham MTEL menurut konsensus analis Bloomberg berada pada Rp780 per lembar untuk 12 bulan ke depan.
------------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.