Bisnis.com, JAKARTA – Emiten milik Djoko Susanto yakni PT Midi Utama Indonesia Tbk. (MIDI) atau Alfamidi meraup pendapatan Rp19,88 triliun pada 2024 atau naik 14,62% secara tahunan. Seiring hal itu, laba bersih perusahaan juga ikut terkerek menjadi Rp546,40 miliar.
Menyitir laporan keuangan per 31 Desember 2024, pendapatan MIDI ditopang segmen makanan yang meraih Rp11,66 triliun sepanjang 2024 atau naik 11,71% year-on-year (YoY). Adapun segmen makanan segar menyumbang Rp2,96 triliun dan non-makanan sebesar Rp5,25 triliun.
Seiring meningkatnya pendapatan, beban pokok pendapatan perseroan juga terkerek 14,12% YoY menjadi Rp14,65 triliun dari sebelumnya Rp12,84 triliun per Desember 2023. Alhasil, MIDI membukukan laba kotor 2024 senilai Rp5,23 triliun alias meningkat 16,05% jika dibandingkan dengan capaian 2023 senilai Rp4,50 triliun.
Setelah diakumulasikan dengan pendapatan dan beban lainnya, MIDI mencetak laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp546,40 miliar. Laba bersih tersebut tersebut meningkat 5,76% YoY jika dibandingkan torehan 2023 senilai Rp516,65 miliar.
Dari sisi neraca, MIDI membukukan total aset sebesar Rp8,73 triliun atau meningkat sebesar 12,16% YoY. Adapun liabilitas juga naik 14,67% YoY menjadi Rp4,44 triliun, sementara ekuitas mencapai Rp4,29 triliun atau meningkat 9,68% secara tahunan.
Di sisi lain, arus kas setara kas pada akhir periode Desember 2024 tercatat sebesar Rp378,11 miliar atau meningkat 15,71% YoY dari posisi akhir 2023 yakni R326,78 miliar.
Baca Juga
Pada perkembangan lain, MIDI melakukan pendekatan ekpansi yang berbeda pada 2024. Tak seagresif 2023 yang melakukan ekspansi gerai melalui dua merek andalannya Alfamidi dan Lawson, pada tahun lalu MIDI mulai mengurangi jumlah gerainya.
Evaluasi tersebut setidaknya bisa dilihat dari perkembangan gerai Lawson. Jumlah toko kelontong itu tercatat turun signifikan dari 674 gerai pada akhir Desember 2023 menjadi 595 gerai per September 2024. Ini artinya, ada penutupan neto 79 gerai Lawson selama periode sembilan bulan 2024.
Aksi tutup toko merek ritel asal Jepang ini kontras dengan investasi besar-besaran yang dilakukan MIDI sepanjang 2023. Pertambahan gerai Lawson tahun lalu menembus 482 gerai, terbanyak di antara merek-merek toko ritel MIDI lainnya.
Sebagai catatan, Lawson dioperasikan MIDI melalui entitas anak PT Lancar Wiguna Sejahtera sejak 2018. Perubahan arah ini sebenarnya bukan hal baru. Bisnis merekam bahwa rencana ekspansi yang lebih hati-hati pada 2024 telah diungkap Midi Utama sejak akhir 2023.
Direktur Midi Utama Suantopo Po saat itu mengemukakan penambahan gerai Lawson pada 2024 dipatok lebih rendah dari 500 gerai pada 2023 menjadi tambahan 50 gerai stand alone dan 250 gerai store in store.
Dalam penjelasannya, MIDI masih yakin dengan potensi dan prospek dari Lawson ke depan. Namun, perseroan harus mengambil langkah penuh kehati-hatian dalam berekspansi, termasuk menetapkan lokasi gerai, dan keseimbangan antara kualitas dan kuantitas.
“Perseroan juga memprioritaskan profitabilitas, sebab gerai baru Lawson memerlukan waktu sekitar tiga tahun untuk mencapai periode payback,” kata Suantopo akhir tahun lalu.