Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Presdir Vale Indonesia (INCO) Bicara Soal Harga Nikel Tahun Ini

PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) membuat rata-rata harga nikel tahun ini yang minus cukup lebar dari posisi 2023.
Proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023)/Bisnis-Paulus Tandi Bone
Proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023)/Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) Febriany Eddy memperkirakan rata-rata harga nikel bakal bergerak ke level US$15.000 per ton tahun ini.

Febriany mengatakan harga rata-rata nikel tahun ini telah minus cukup lebar dari posisi tahun 2023. Saat itu, menurut Febriany, harga nikel sempat berada di rata-rata US$23.000 per ton.

“Setiap 1.000 ton penurunan harga berdampak US$70 juta terhadap laba bersih kita,” kata Febriany saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Kamis (13/3/2025).

Seperti diketahui, laba bersih INCO sepanjang 2024 susut 78,96% ke level US$57,76 juta atau sekitar Rp931,33 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2024 yang dikutip Rabu (26/2/2025), INCO mencatat penurunan pendapatan ke level US$950,38 juta sepanjang tahun lalu.

Posisi pendapatan itu terkoreksi 22,87% dibandingkan dengan realisasi pendapatan sepanjang tahun 2023 di level Rp1,23 triliun.

Seluruh pendapatan INCO itu berasal dari kontrak-kontrak penjualan offtake jangka panjang dalam mata uang dolar AS. Penjualan kepada Vale Canada Limited (CVL) sebesar US$760,2 juta dan Sumitomo Metal Mining (SMM) sebesar US$190,18 juta pada tahun 2024.

“Mengenai kinerja operasional dan keuangan, terus terang produk jual kita hanya nikel matte saat ini, dan mengikuti harga dunia,” kata Febriany.

Di sisi lain, dia menambahkan, perseroannya saat ini berfokus untuk meningkatkan kapasitas produksi sembari menekan ongkos untuk mempertahankan margin pendapatan.

“Yang bisa kita upayakan produktivitas dan efisiensi,” kata dia.

Sementara itu, beban pokok pendapatan INCO selama periode 2024 sebesar US$842,16 juta, posisi beban itu relatif tidak banyak bergerak dari pencatatan beban tahun 2023 sebesar US$885,24 juta.

Setelah dikurangi beban, laba bruto untuk periode 2024 susut ke level US$108,22 juta, dari posisi tahun sebelumnya di angka US$302,15 juta. Laba bruto itu tergerus lebih dari separuhnya sepanjang 2024.

Di sisi lain, jumlah liabilitas INCO sebesar US$443,75 juta per 31 Desember 2024, yang berasal dari liabilitas jangka pendek sebesar US$263,47 juta dan liabilitas jangka panjang US$180,28 juta.

Adapun, INCO membukukan jumlah ekuitas sebesar US$2,73 miliar sampai akhir 2024. Posisi ekuitas itu naik tipis dari angka sepanjang 2023 di level US$2,56 miliar.

Sementara itu, jumlah aset INCO mencapai US$3,17 miliar pada tahun 2024, yang berasal dari aset lancar sebesar US$1 miliar dan aset tidak lancar US$2,17 miliar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper