Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Rentan Melemah ke Rp16.340 per dolar AS Awal Pekan

Pergerakan nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan pelemahan pada perdagangan awal pekan depan, Senin (10/3/2025).
Annasa Rizki Kamalina,Erta Darwati
Minggu, 9 Maret 2025 | 06:00
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta, Selasa (4/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta, Selasa (4/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah diperkirakan mengalami pelemahan pada perdagangan awal pekan depan, Senin (10/3/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup naik 0,28% atau 45 poin ke posisi Rp16.294 per dolar AS pada Jumat (7/3/2025). Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau melemah 0,22% ke posisi 103,800.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,21%, peso Filipina menguat 0,24%, ringgit Malaysia menguat 0,11%, won Korea menguat 0,07%, dan rupee India menguat 0,09%.

Sementara itu, mata uang lainnya yakni dolar Taiwan menguat sebesar 0,14%, baht Thailand menguat 0,23%, dolar Singapura menguat 0,16%, dan dolar Hong Kong melemah 0,01%, serta yuan China stagnan terhadap dolar AS.

Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi mengatakan untuk perdagangan Senin (10/3/2025), mata uang rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif tetapi berpotensi ditutup melemah di rentang Rp16.280-Rp16.340 per dolar AS.

Ibrahim mengatakan bahwa dolar terpukul oleh meningkatnya kekhawatiran akan perlambatan ekonomi AS, dengan ketidakpastian muncul karena dampak kebijakan Donald Trump, setelah Presiden AS itu membuat konsesi untuk Kanada dan Meksiko dari tarif 25% yang baru-baru ini dikenakan.

Sementara itu, dia mengatakan untuk ekspor China tumbuh jauh lebih lambat dari yang diharapkan pada periode Januari-Februari, dan impor tiba-tiba anjlok, tetapi neraca perdagangan China tumbuh lebih dari yang diharapkan. Namun, ekspor yang lemah mencerminkan beberapa hambatan dari tarif perdagangan Trump, yang berlaku sejak awal Februari ini.

Pada perkembangan lain, Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa Februari 2025 mengalami penurunan menjadi US$154,5 miliar dari Januari 2025 yang mencapai all time high di level US$156,1 miliar, sejalan dengan langkah BI menstabilkan rupiah. 

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menyampaikan intervensi tersebut sebagai respons bank sentral dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi. 

“Perkembangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (7/3/2025). 

Sementara itu, BI melaporkan adanya aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan RI senilai Rp8,99 triliun pada pekan pertama Maret 2025, utamanya melalui pasar saham dan SBN. 

Berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini, kata Ramdan, hanya investor yang menempatkan dananya di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang melakukan aksi jual. 

“Berdasarkan data transaksi 3-6 Maret 2025, nonresiden tercatat beli neto senilai Rp8,99 triliun, terdiri atas beli neto Rp0,34 triliun di pasar saham, Rp9,53 triliun di pasar SBN, dan jual neto Rp0,88 triliun di SRBI,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (8/3/2025). 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper