Bisnis.com, JAKARTA – Produsen permen kembang gula, PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk., berencana membagikan dividen hingga 80% dari laba bersih setelah resmi menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Berdasarkan prospektus awal, calon emiten dengan kode saham YUPI ini menargetkan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 21 Maret 2025. Kini, perusahaan tengah memasuki masa penawaran awal atau bookbuilding pada 6 hingga 10 Maret, sementara masa penawaran umum dijadwalkan pada 17-19 Maret 2025.
“Setelah penawaran umum perdana saham, manajemen perseroan berkomitmen untuk membagikan dividen kepada seluruh pemegang saham perseroan hingga 80% dari laba bersih,” tulis manajemen dalam prospektus awal, Kamis (6/3/2025).
Berdasarkan kinerja keuangan sepanjang Januari-September 2024, YUPI mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp484,25 miliar. Jumlah tersebut meningkat 9,95% dari periode sama tahun sebelumnya yakni Rp440,44 miliar.
Dengan asumsi laba bersih kuartal III/2024 dan rasio dividen hingga 80%, maka total nilai dividen yang akan dibagikan YUPI diperkirakan mencapai Rp387,4 miliar.
Dalam IPO, perseroan bakal menawarkan 854.448.900 saham atau 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan nilai nominal Rp50 per saham.
Saham itu terdiri atas 256.334.700 saham baru atau 3% dari modal ditempatkan dan disetor penuh, serta 598.114.200 saham divestasi milik PT Sweets Indonesia yang setara dengan 7% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Baca Juga : Prospek IPO kala Lantai Bursa Fluktuatif |
---|
Dengan harga penawaran di kisaran Rp2.100-Rp2.500 per saham, maksimal dana yang dapat dihimpun YUPI dari IPO mencapai Rp2,13 triliun yang terdiri dari Rp640,8 miliar penjualan saham baru dan Rp1,49 triliun dari divestasi saham.
Seluruh dana yang diperoleh perseroan dari hasil penawaran umum perdana, setelah dikurangi dengan biaya emisi, akan dialokasikan untuk belanja modal.
Perinciannya, sekitar 77% akan digunakan untuk pembangunan pabrik baru di Nganjuk, Jawa Timur. Total biaya pembangunan diperkirakan mencapai Rp437,5 miliar, dengan target operasional paling cepat pada 2026.
Sementara itu, sekitar 23% akan digunakan YUPI sebagai modal kerja perseroan untuk ekspansi bisnis, baik ke pasar internasional maupun domestik.