Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Merosot usai Trump Terapkan Tarif 25% ke Meksiko dan Kanada

Bursa saham AS tertekan pada perdagangan Senin (3/3/2025) setelah Presiden Donald Trump mengumumkan pemberlakuan tarif 25% terhadap Kanada dan Meksiko.
Informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Senin, 5 Agustus 2024. Aksi jual pasar global semakin dalam karena kekhawatiran terhadap resesi ekonomi AS semakin meningkat./Bloomberg-Michael Nagle
Informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Senin, 5 Agustus 2024. Aksi jual pasar global semakin dalam karena kekhawatiran terhadap resesi ekonomi AS semakin meningkat./Bloomberg-Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) tertekan pada perdagangan Senin (3/3/2025) setelah Presiden Donald Trump mengumumkan pemberlakuan tarif 25% terhadap Kanada dan Meksiko.

Melansir Reuters, Selasa (4/3), indeks S&P 500 ditutup melemah 104,78 poin atau 1,76% ke level 5.849,72. Adapun indeks Dow Jones melemah 649,67 poin atau 1,48% ke 43.191,24 dan Nasdaq Composite turun 497,09 poin (-2,64%) ke 18.350,19.

Pasar saham telah bergerak melemah sebelumnya menyusul laporan Institute for Supply Management (ISM) yang menunjukkan perlambatan di sektor manufaktur.

Data ISM menunjukkan indeks PMI manufaktur turun ke 50,3 pada Februari 2025 dari 50,9 pada Januari. Indeks pesanan baru turun tajam ke 48,6 dari 55,1, mencerminkan perlambatan permintaan yang semakin nyata di tengah kekhawatiran dampak tarif baru.

Sentimen negatif semakin dalam setelah Trump menegaskan bahwa tarif impor sebesar 25% terhadap Kanada dan Meksiko akan berlaku mulai Selasa (4/3/2025) waktu AS.

“Mereka tidak punya pilihan selain menerima tarif ini. Jika ingin menghindarinya, mereka harus membangun pabrik mobil dan industri lainnya di AS,” ujar Trump dari Gedung Putih, seperti dikutip Reuters.

Managing Partner Harris Financial Group Jamie Cox mengatakan pasar berharap ada kesepakatan di menit terakhir untuk menunda tarif, tetapi kali ini tidak ada jalan keluar.

”Sekarang pasar harus menyesuaikan harga saham dengan realitas ini, dan itu berarti zona merah di mana-mana,” jelasnya seperti dikutip Bloomberg.

Sektor energi dan teknologi memimpin pelemahan di antara 11 sektor utama S&P 500. Nvidia anjlok 8,7%, sementara Amazon turun 3,4%. Di sisi lain, sektor defensif seperti real estat, kesehatan, utilitas, dan barang konsumsi mencatat kenaikan.

Laporan terbaru menunjukkan penurunan permintaan konsumen yang memperkuat kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dan inflasi yang lebih tinggi. Trump juga berencana menaikkan tarif impor dari China menjadi 20% dari sebelumnya 10%, kecuali Beijing menghentikan penyelundupan fentanyl ke AS.

Saham perusahaan China yang terdaftar di AS ikut tertekan. Saham Nio terjun 8,6%, sementara JD.com turun hampir 4%.

Fokus investor kini tertuju pada kebijakan Federal Reserve. Ketidakpastian inflasi telah membuat bank sentral lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan pemangkasan suku bunga, meski data ketenagakerjaan dan aktivitas bisnis pekan ini bisa mengubah kalkulasi pasar.

Investor saat ini memperkirakan setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing 25 basis poin sebelum akhir tahun, menurut data LSEG.

Di antara saham individual, Tesla sempat naik sebelum berbalik turun 2,84%, meski Morgan Stanley kembali merekomendasikan saham ini sebagai "top pick" di sektor otomotif AS.

Saham Intel turun 4%, menghapus kenaikan sebelumnya setelah laporan bahwa Nvidia dan Broadcom sedang menguji produksi dengan perusahaan tersebut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper