Bisnis.com, JAKARTA— Emiten kelapa sawit dan CPO Grup Salim, PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) kompak membukukan lonjakan laba bersih pada 2024 didorong oleh kenaikan harga rata-rata produk sawit.
Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih SIMP pada 2024 sebesar Rp1,54 triliun atau naik 110,46% year-on-year (YoY) dari Rp736,41 miliar pada 2023. Capaian itu diperoleh saat pendapatan SIMP turun tipis dari Rp16 triliun menjadi Rp15,96 triliun pada tahun lalu.
Sementara itu, LSIP mengantongi laba bersih Rp1,47 triliun pada 2024 atau naik 93,82% YoY dari Rp761,99 miliar pada 2023. Pada periode yang sama, pendapatan LSIP tumbuh 8,89% YoY dari Rp4,18 triliun menjadi Rp4,56 triliun pada 2024.
Direktur Utama Grup SIMP Mark Wakeford mengatakan perusahaan meraih kinerja keuangan yang positif terutama seiring dengan kenaikan harga komoditas serta upaya-upaya kami dalam pengendalian biaya dan efisiensi.
“Sektor agribisnis pada 2024 masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dampak cuaca, volatilitas harga komoditas dan ketidakpastian global,” tuturnya dalam keterangan resmi, dikutip Senin (3/3/2025).
Menurutnya, SIMP tetap berfokus pada peningkatan kegiatan operasional dan produktivitas, memprioritaskan belanja modal pada aspek-aspek yang penting, peningkatan pengendalian biaya dan efisiensi serta melakukan praktik-praktik agrikultur yang baik secara berkelanjutan.
Dari segi operasional, SIMP mencatat volume produksi tandan buah segar (TBS) inti pada 2024 turun sedikit sebesar 1% YoY menjadi 2,8 juta ton sedangkan produksi CPO relatif sama sebanyak 706.000 ton.
“Penjualan Divisi Perkebunan dan Minyak & Lemak Nabati (EOF) naik masing-masing 10% YoY dan 9% YoY. Peningkatan harga jual rata-rata produk sawit dan produk EOF berkontribusi pada kenaikan penjualan Divisi Perkebunan dan EOF yang sebagian diimbangi oleh penurunan volume penjualan produk sawit,” paparnya.
Terpisah, Presiden Direktur Lonsum Benny Tjoeng mengatakan LSIP meraih kinerja keuangan yang positif di FY2024 terutama seiring kenaikan harga komoditas serta upaya-upaya dalam pengendalian biaya dan efisiensi.
“Kami terus berfokus pada peningkatan kegiatan operasional dan produktivitas, memprioritaskan belanja modal terutama pada aspek-aspek yang penting, peningkatan pengendalian biaya dan efisiensi serta melakukan praktik-praktik agrikultur yang baik secara berkelanjutan.”
Menurutnya, penjualan LSIP naik 9% YoY menjadi Rp4,56 triliun terutama karena kenaikan harga jual rata-rata produk sawit yang sebagian diimbangi oleh penurunan volume penjualan.
Pada 2024, produksi TBS inti LSIP sebesar 1,17 juta ton, relatif sama dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Adapun, produksi CPO turun 2% YoY menjadi 287.000 ton seiring dengan penurunan TBS dari pihak eksternal.