Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sinyal Pasar dari Bursa Amerika, Wall Street Cerna Data Kepercayaan Konsumen

Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup variatif pada Selasa (25/2/2025) setelah data laporan kepercayaan konsumen yang buruk.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup variatif pada Selasa (25/2/2025) setelah data laporan kepercayaan konsumen yang baru dirilis menunjukkan kinerja buruk. Kondisi itu membuat ketidakpastian ekonomi semakin meningkat dan memicu aksi jual.

Melansir Reuters pada Rabu (26/2/2025), indeks S&P 500 terpantau turun 22,15 poin atau 0,37% menjadi 5.961,19. Sementara itu, Nasdaq Composite juga ditutup turun 225,96 poin, atau 1,17%, menjadi 19.060,97. Kemudian, Dow Jones Industrial Average naik 150,19 poin, atau 0,35%, menjadi 43.611,40.

“Ini jelas merupakan hari risk-off dan kelanjutan dari bulan risk-off,” kata Peter Tuz, Presiden Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia.

Dia mengatakan, banyak perusahaan menyatakan kehati-hatian mengenai arah belanja konsumen saat ini dan angka kepercayaan konsumen saat ini membuktikan hal tersebut.

Belanja konsumen, yang menyumbang sekitar 70% PDB AS, telah meredup secara signifikan pada bulan Februari, menurut indeks kepercayaan konsumen The Conference Board, yang mencatat penurunan bulanan paling tajam sejak Agustus 2021.

Meningkatnya ketidakpastian konsumen terlihat dari anjloknya komponen ekspektasi jangka pendek sebesar 11,3%, jauh di bawah tingkat yang terkait dengan resesi yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Amerika semakin cemas terhadap potensi dampak negatif kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump terhadap perekonomian.

Tuz mengatakan kondisi politik saat ini juga semakin memperburuk keadaan.

"Berita utama cukup dramatis... dan sebagai hasilnya, konsumen dan mungkin pelaku bisnis duduk diam untuk melihat bagaimana keadaan sebelum membuat keputusan pembelian besar atau keputusan bisnis lainnya. Ada banyak alasan untuk menunda pembelian hari ini, termasuk saham," ujarnya.

Sementara itu, Presiden Federal Reserve Richmond Tom Barkin mengatakan bahwa ketidakpastian saat ini memerlukan pendekatan kebijakan moneter yang terukur dan hati-hati.

Suku bunga berjangka menyiratkan bahwa Federal Reserve AS akan mempertahankan suku bunga utama tetap stabil untuk paruh pertama tahun ini, menurut data yang dikumpulkan oleh LSEG.

"Pasar saham ibarat cermin pembesar, mencerminkan pandangan yang sangat mendetail mengenai prioritas masyarakat seiring perubahannya, dan investor selalu mencari perbedaan terkecil sekalipun sebagai tanda katalis yang dapat diinvestasikan. Fenomena ini menguntungkan saham-saham non-AS saat ini," kata Nicholas Colas, salah satu pendiri DataTrek Research, dalam sebuah catatan.

Harga rumah keluarga tunggal di AS meningkat pada bulan Desember, yang merupakan pukulan lain terhadap keterjangkauan di samping meningkatnya biaya hipotek, bahkan ketika pasokan perumahan meningkat. Selain itu, data indeks kepercayaan konsumen AS yang lemah menambah suasana negatif.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper