Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia bergerak melemah pada Selasa (18/2/2025) seiring dengan sikap pasar yang memantau prospek kebangkitan perekonomian China Usai pertemuan Presiden Xi Jinping dengan tokoh-tokoh bisnis di negara tersebut.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Kospi Korea Selatan dibuka melemah 0,11% pada level 2.607,44, sedangkan indeks S&P/ASX Australia tercatat turun 0,58% pada 8.487,70. Adapun, indeks Topix Jepang tercatat menguat 0,21% pada level 2.772,72.
Sementara itu, kontrak berjangka menunjukkan kenaikan di Hong Kong, dengan indeks Hang Seng Futures menguat 0,1%. Pada saat yang sama, pasar saham AS ditutup untuk liburan pada Senin (17/2/2025).
Investor di Asia juga akan fokus pada bagaimana reli yang didukung oleh teknologi di China setelah terobosan DeepSeek dalam kecerdasan buatan mendorong reli lebih dari 1 triliun dolar AS pada saham negara tersebut.
Optimisme seputar kebangkitan perekonomian China meningkat pada Senin setelah pertemuan antara Presiden Xi Jinping dan tokoh-tokoh bisnis, termasuk salah satu pendiri Alibaba Group Holding Ltd. Jack Ma, memicu optimisme bahwa tindakan keras selama bertahun-tahun terhadap sektor swasta akan berakhir.
“Kami melihat beberapa implikasi positif dari pertemuan yang banyak dibicarakan antara Presiden Xi dan para eksekutif industri terkemuka,” tulis analis Citigroup Alicia Yap dalam sebuah catatan seperti dilansir Bloomberg, Selasa (18/2/2025).
Menurutnya, keputusan untuk mengadakan pertemuan semacam itu kemungkinan besar menunjukkan pentingnya inovasi teknologi dan kontribusi perusahaan swasta terhadap perkembangan dan pertumbuhan perekonomian China.
Pertemuan Xi dihadiri oleh banyak nama besar dalam bisnis China selama dekade terakhir, yang mewakili industri mulai dari pembuatan chip dan kendaraan listrik hingga AI. KTT tersebut menunjukkan sikap Beijing yang lebih lunak terhadap perusahaan-perusahaan yang menggerakkan sebagian besar perekonomian, sama seperti Washington meningkatkan kampanye tarif global yang berpotensi melemahkan.
Pada perkembangan lain, AS meminta negara-negara Eropa untuk menjelaskan jaminan keamanan dan peralatan apa yang dapat mereka tawarkan kepada Ukraina untuk memastikan penyelesaian perdamaian yang langgeng.
Para pejabat Eropa mengatakan mereka sedang menyusun paket besar untuk meningkatkan belanja pertahanan dan beberapa pemimpin Uni Eropa bertemu di Paris untuk menyusun tanggapan mereka.
“Tujuannya sudah bergeser, dan UE menyadari bahwa mereka semakin tidak bisa bergantung pada Amerika Serikat dalam melindungi perbatasan mereka,” kata Aneeka Gupta, kepala penelitian makro di WisdomTree UK Ltd.
Seiring dengan hal tersebut, lanjut Gupta, negara-negara Eropa akan mengeluarkan lebih banyak dana untuk pertahanan. Hal ini memerlukan lebih banyak kehati-hatian terhadap obligasi.
Perkembangan tersebut memperkuat pandangan bahwa penjualan utang perlu ditingkatkan karena negara-negara Eropa menanggung biaya perjanjian perdamaian jangka panjang antara Ukraina dan Rusia.