Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah diperkirakan masih akan melanjutkan pelemahan pada pekan depan dan diperkirakan menyentuh Rp16.342 per dolar AS.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan fokus pelaku pasar masih tertuju pada perang dagang dengan Trump yang akan mengenakan bea impor ke beberapa negara yang belum disebutkan negara mana saja.
"Nah, bisa saja Uni Eropa akan kena minggu depan, karena yang disebutkan adalah banyak negara. Ini yang mengkhawatirkan pasar sehingga indeks dolar terus mengalami penguatan," kata Ibrahim, Minggu (9/2/2025)
Dengan sentimen tersebut, Ibrahim menuturkan kemungkinan besar untuk perdagangan besok, rupiah masih akan mengalami pelemahan walaupun tidak signifikan.
Ibrahim memperkirakan untuk perdagangan besok, rupiah dapat melemah 60 poin dan parkir di level Rp16.342 per dolar AS.
Adapun Ibrahim melihat Bank Indonesia (BI) belum akan menurunkan suku bunga lagi pada bulan Februari ini. Dia mencermati dengan kondisi perang dagang saat ini, BI akan mempertahankan suku bunganya.
Baca Juga
"Kalau seandainya BI menurunkan suku bunga, ini tidak ada artinya sama sekali seperti di bulan Januari kemarin, dengan bank sentral yang menurunkan suku bunga 25 bps, tidak berdampak ke penguatan rupiah," tuturnya.
Ibrahim melihat dalam kondisi saat ini, yang terbaik bagi Bank Indonesia adalah mempertahankan suku bunga acuannya.
Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, rupiah tercatat belum pernah menyentuh level Rp15.000-an sejak awal tahun 2025.
Bahkan, rupiah sempat menyentuh level Rp16.448 per dolar AS pada awal pekan ini, yang merupakan level pelemahan terdalam. Adapun level tertinggi penguatan rupiah terhadap dolar AS adalah pada Rp16.143 pada 7 Januari 2025.