Bisnis,com, JAKARTA - Bursa Asia diprediksi menguat pada Rabu (5/22/2025) seiring dengan sikap pedagang yang mencermati perang dagang AS-China dan laporan pendapatan dari perusahaan-perusahaan teknologi besar di Wall Street.
Melansir Bloomberg, kontrak berjangka untuk Australia, Jepang dan Hong Kong menunjukkan kenaikan, sementara pasar di China daratan akan dibuka kembali setelah liburan Tahun Baru Imlek. Ekuitas AS rebound karena gelombang pembelian saat turun memicu kenaikan dan Palantir Technologies Inc. melonjak 24% karena perkiraan bullish.
Namun, perusahaan induk Google, Alphabet Inc., tenggelam karena angka pendapatan yang mengecewakan dalam beberapa jam terakhir. Imbal hasil Treasury turun pada hari Selasa, membebani dolar.
Serangan pertama dalam perang dagang terbaru AS-China memperjelas bahwa Xi Jinping mengambil pendekatan yang lebih hati-hati dibandingkan pada masa jabatan pertama Donald Trump. Tarif 10% terhadap China berlaku mulai Selasa kemarin.
Merespons hal itu, China dengan cepat mengumumkan tarif tambahan terhadap sekitar 80 produk yang akan berlaku pada 10 Februari, namun para pedagang berharap pembicaraan mendatang akan meredakan ketegangan.
“Ada kemungkinan yang masuk akal bahwa dampak akhir dari tarif ini mungkin lebih kecil dari yang diharapkan,” kata Todd Ahlsten dari Parnassus Investments. “Tarif ini mungkin juga mewakili putaran pertama negosiasi akhir, yang dapat mengurangi dampak utamanya.”
Baca Juga
Di Asia, para pedagang China gelisah menjelang pembukaan kembali pasar hari ini karena drama tarif AS mengguncang lanskap investasi. Volatilitas akan tetap tinggi karena investor bersiap menghadapi eskalasi dan juga melakukan lindung nilai terhadap kemungkinan terjadinya terobosan mendadak.
Kurs yuan di luar negeri pulih setelah penurunan mendadak pada Selasa kemarin. Saham-saham China di Hong Kong telah menunjukkan ketahanan yang mengejutkan, sementara sejumlah perusahaan China yang terdaftar di AS naik 2,7%.
Christopher Wong, ahli strategi di Oversea-Chinese Banking Corp menyebut tarif Trump adalah alat tawar-menawar, dan ada alasan bagus untuk percaya bahwa China mungkin tertarik untuk bernegosiasi.
“Setiap tanda bahwa Xi dan Trump telah melakukan pembicaraan yang baik atau kedua negara menyatakan komitmen untuk mencapai kesepakatan harus memenuhi syarat sebagai gencatan senjata sementara dan mendukung sentimen," katanya.
Di tempat lain, Bank of Japan kemungkinan akan terus menaikkan suku bunga acuannya ke tingkat yang melebihi konsensus pasar saat ini, menurut mantan direktur eksekutif bank sentral.
Sementara itu, Panama sedang mempertimbangkan apakah akan membatalkan kontraknya dengan perusahaan yang berbasis di Hong Kong yang mengoperasikan pelabuhan di dekat Terusan Panama, menurut orang-orang yang mengetahui situasi tersebut.