Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup menguat ke posisi Rp16.351 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (4/2/2025).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan naik 0,59% atau 97 poin ke posisi Rp16.351 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat melemah 0,31% ke posisi 108,545.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,47%, baht Thailand melemah 0,07% dan yuan China melemah 0,05%.
Sementara itu mata uang lainnya menguat di antaranya, ringgit Malaysia menguat 0,34%, rupee India menguat 0,11%, dolar Taiwan menguat sebesar 0,25%, dolar Hong Kong menguat 0,04%, dolar Singapura menguat sebesar 0,15%, peso Filipina menguat 0,56%, dan won Korea menguat 0,15%.
Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pada perdagangan sore ini (4/2/2025) mata uang rupiah ditutup menguat 97 poin ke level Rp16.351, setelah sebelumnya sempat menguat 105 poin ke level Rp16.448.
Dia memprediksi bahwa untuk perdagangan besok (5/2/2025) mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp16.300-Rp16.360.
Baca Juga
Ibrahim mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump telah menunda rencana untuk mengenakan tarif perdagangan terhadap Kanada dan Meksiko. Namun, kenaikan mata uang regional terbatas, mengingat tarif 10% Trump terhadap China masih akan berlaku di kemudian hari.
Dia mengatakan bahwa baik Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau maupun Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengatakan keduanya telah sepakat untuk memperkuat upaya penegakan hukum perbatasan sebagai tanggapan atas tuntutan Trump untuk menindak tegas imigrasi dan penyelundupan narkoba.
Adapun kesepakatan tersebut akan menghentikan sementara tarif sebesar 25% selama 30 hari, dengan tarif 10% untuk impor energi dari Kanada, yang telah ditetapkan untuk mulai berlaku pada Selasa ini.
"Sementara penundaan tarif untuk Meksiko dan Kanada telah memberi ruang bagi sentimen risiko untuk membaik dan berkontribusi pada pelemahan dolar AS," ujarnya.
Ibrahim menjelaskan bahwa Gedung Putih menyatakan Trump berencana untuk berbicara dengan Presiden China Xi Jinping secepatnya pada pekan ini, karena bea masuk 10% untuk semua barang China akan mulai berlaku pada Selasa ini.
Selain itu, menurutnya kekhawatiran terus-menerus terjadi atas suku bunga AS yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, terutama setelah data inflasi indeks harga PCE yang kuat dari pekan lalu.
Federal Reserve telah mengisyaratkan bahwa inflasi yang kuat akan mengurangi dorongan untuk terus memangkas suku bunga. Pejabat Fed juga menandai keengganan untuk melonggarkan kebijakan di tengah ketidakpastian atas kebijakan Trump.