Bisnis.com, JAKARTA — PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) secara resmi mengumumkan penghentian operasional penjualan produk fisik di marketplace. Hingga kini, emiten teknologi itu masih memegang rekor perusahaan dengan raihan dana IPO terbesar sepanjang sejarah.
Sebagai infromasi, BUKA resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021. Kala itu BUKA mengumumkan penawaran umum perdana saham sebanyak 25,76 miliar lembar saham biasa. Jumlah itu setara dengan 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Bukalapak menetapkan harga pelaksanaan IPO Rp850 sehingga perolehan dana dari aksi korporasi itu mencapai Rp21,90 triliun. Posisi harga IPO itu merupakan batas atas karena BUKA membanderol harga pada kisaran Rp750—Rp850 pada periode bookbuilding.
Selain menjadi unicorn pertama yang melantai di BEI, penghimpunan dana oleh Bukalapak mencetak rekor tertinggi. Posisi tertinggi nilai IPO di pasar modal Indonesia sebelum BUKA dipegang oleh perusahaan energi Garibaldi Thohir PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dengan raihan dana Rp12,23 triliun.
Daftar 10 Besar IPO di BEI
KODE | Nilai (Rp Triliun) |
BUKA | 21,9 |
MTEL | 18,79 |
GOTO | 13,72 |
ADRO | 12,24 |
AMMN | 10,7 |
NCKL | 10 |
PGEO | 9,1 |
MBMA | 8,7 |
BELI | 8 |
ICBP | 6,3 |
Adapun, hingga 30 Juni 2024, BUKA tercatat masih menyisakan dana hasil penawaran umum sebesar Rp9,82 triliun. BUKA tercatat memanfaatkan dana IPO mereka sebagai modal kerja perusahaan sebesar Rp6,4 triliun sampai 30 Juni 2024, dari rencana penggunaan sebesar Rp7,03 triliun.
Lalu sebesar Rp1,14 triliun telah dimanfaatkan untuk modal kerja entitas anak PT Buka Mitra Indonesia, sebesar Rp16,9 miliar telah dimanfaatkan untuk modal kerja PT Buka Usaha Indonesia, dan sebesar 35,6 miliar untuk PT Buka Pengadaan Indonesia.
Baca Juga
Kemudian sebesar Rp1,05 miliar telah dimanfaatkan untuk modal kerja Bukalapak Pte.Ltd., dan sebesar Rp1,25 miliar untuk modal kerja PT Five Jack.
BUKA juga telah memanfaatkan dana IPO sebesar Rp3,89 triliun untuk pertumbuhan dan/atau pengembangan usaha perseroan dan entitas anak dan modal kerja entitas anak selain yang sudah disebutkan sebesar Rp3,89 triliun, dari rencana penggunaan sebesar Rp7,03 triliun.
Dengan demikian, secara total BUKA telah menggunakan dana IPO sebesar Rp11,49 triliun, dari total Rp21,9 triliun.
Terkini, BUKA menyatakan akan mengubah penggunaan dana IPO mereka usai RUPSLB pada Desember tahun lalu.
Perubahan tersebut meliputi penggunaan dana IPO untuk modal kerja yang tadinya sekitar 33%, menjadi 40%. Lalu untuk anak usaha, modal kerja Buka Mitra Indonesia dari 15% menjadi 12%, Buka Usaha Indonesia dari 15% menjadi 0,10%, Buka Investasi Bersama dari 1% menjadi 0,50%, dan Buka Pengadaan Indonesia dari 1% menjadi 0,20%.
Kemudian untuk modal kerja Bukalapak Pte.Ltd. dari 1% menjadi 0,50%, dan untuk modal kerja PT Five Jack dari 1% menjadi 0,50%. Sisanya untuk pertumbuhan dan atau pengembangan usaha perseroan dan entitas anak dari sebesar 33%, menjadi 46,65%.
Di sisi lain, sisa dana IPO BUKA sebesar Rp9,82 triliun tercatat disimpan pada berbagai instrumen keuangan. Instrumen tersebut seperti deposito, giro, dan obligasi.
Terbanyak, BUKA menyimpan dana IPO mereka dalam 20 obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN), dengan tingkat bunga mulai dari 4,13% hingga tertinggi sebesar 8,38%.
Bukalapak Setop Penjualan Produk Fisik
Melalui pengumuman di laman resminya, Bukalapak menegaskan tengah menjalankan proses transformasi dengan memfokuskan diri pada produk virtual. Oleh karena itu, perusahaan teknologi tersebut menyetop operasional penjualan produk fisik pada layanan layanan e-commerce perseroan.
“Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis manajemen Bukalapak, Selasa (7/1/2025).
Dalam proses transisi tersebut, BUKA memberikan tenggat kepada para pelapak dan pengguna untuk dapat bertransaksi bagi sejumlah produk hingga tenggat 9 Februari 2025.
Adapun sejumlah barang yang dapat ditransaksikan antara lain aksesoris rumah, elektronik, voucer, fesyen anak, fesyen pria, fesyen wanita, makanan, permainan, smartphone, hobi & koleksi, industrial, kamera, kesehatan, komputer, logam mulia, luxury, media, mobil, hingga aksesoris, motor.
Kemudian, peralatan olahraga, produk perawatan & kecantikan, perawatan rumah tangga, perlengkapan bayi, perlengkapan kantor, personal care, rumah tangga, sepeda, tiket & voucer, dan vape.
“Pada 9 Februari 2025 pukul 23:59 WIB akan menjadi tanggal terakhir pembeli dapat membuat pesanan,” tulis Bukalapak.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.