Bisnis.com, JAKARTA – Prospek penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO) dinilai masih berpeluang menunjukkan euforia pada 2025, meskipun tantangan global dan proyeksi suku bunga tinggi masih menjadi perhatian.
Sepanjang 2024, Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan pencatatan saham perusahaan publik sebanyak 41 emiten. Angka tersebut jauh dari target IPO yang dibidik otoritas yakni 62 emiten, serta menjadi yang terendah dalam kurun 5 tahun terakhir.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menjelaskan bahwa kondisi tersebut disebabkan para pelaku investor lebih cenderung mengamati dinamika pemilihan umum (pemilu) sepanjang tahun lalu.
“Mereka lebih banyak menunggu transisi dari pemerintahan lama ke pemerintahan baru,” ucap Nafan saat dihubungi Bisnis pada Kamis (2/1/2025).
Lesunya jumlah IPO pada tahun lalu juga berkaitan dengan sikap investor yang cenderung mencermati kebijakan moneter dan fiskal dari pemerintahan baru.
Meski demikian, Nafan memandang fokus investor mulai bergeser pada tahun ini. Jika tahun lalu sikap pelaku pasar dipengaruhi oleh kondisi politik dalam negeri, kini investor lebih mencermati dinamika terkait dengan suku bunga.
Baca Juga
“Kali ini bukan lagi soal pemilu, tetapi lebih kepada dinamika suku bunga yang diterapkan oleh bank sentral global, khususnya The Fed. Potensi kebijakan higher for longer menjadi salah satu fokus utama,” ungkapnya.
Selain itu, investor juga memantau potensi kenaikan US Treasury Yield yang dinilai dapat memengaruhi depresiasi nilai tukar rupiah serta outflow di pasar modal.
“Hal tersebut tentu berdampak pada penetapan risk price oleh para pelaku usaha dalam penggalangan dana melalui pasar saham pada tahun ini,” kata Nafan.
Namun, dia tetap optimistis terhadap prospek IPO tahun ini. Menurutnya, euforia IPO 2025 tetap memiliki peluang untuk muncul karena dipengaruhi transisi pemerintahan baru yang berjalan lancar, serta kejelasan terkait kebijakan fiskal dan moneter.
Dari sisi global, Nafan memandang risiko kebijakan suku bunga tinggi dengan jangka waktu yang lebih lama dan kemungkinan arus modal keluar dapat dimitigasi selama fundamental pasar domestik tetap solid.
Oleh sebab itu, dia memandang bahwa euforia IPO pada 2025 seharusnya masih ada mengingat berbagai faktor pendukung yang telah berjalan dengan baik.
“Jadi, menurut saya, euforia IPO di tahun 2025 seharusnya masih ada,” tutur Nafan.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.