Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat ke level 7.079,90 pada perdagangan Senin (30/12/2024). Saham AMMN, TPIA dan BREN melaju.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup menguat 0,62% atau 43,33 poin ke posisi 7.079,90 saat penutupan perdagangan terakhir 2024. Secara kumulatif, indeks komposit melemah 2,65% sepanjang tahun ini.
Pada Senin (30/12/2024), IHSG dibuka di level 7.026,78 dan sempat bergerak ke level terendah 6.993,07. Saat penutupan, sebanyak 363 saham menguat, 261 saham menurun, dan 323 saham stagnan.
Sementara itu, kapitalisasi pasar alias market cap tercatat mencapai Rp12.336 triliun. Saham berkapitalisasi besar seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) naik 2,42% ke level Rp8.475 dan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) naik 2,74% ke level Rp7.500.
Lalu, disusul PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) yang juga naik 0,82% ke posisi Rp9.275, dan PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) naik 0,25% ke level Rp 20.250. Sementara itu saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) stagnan ke level Rp16.000.
Kemudian, saham bank seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menurun 1,28% ke level Rp9.675. Saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) juga menukik tajam turun 4,33% menuju level Rp2.430.
Saham bank lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) melemah 0,49% ke level Rp4.080 dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga terkoreksi 1,72% ke Rp5.700 per saham.
Tim Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia menyampaikan 2024 bukan tahun yang ideal bagi IHSG karena justru berkinerja minus 2,65%.
"Catatan ini menjadi penurunan tahunan pertama IHSG sejak 2020, ketika indeks terpangkas hingga 5% akibat dampak pandemi Covid-19. Sebelumnya, IHSG berhasil mencatatkan penguatan 6,16% pada 2023, naik 4,09% pada 2022, dan melesat 10,08% pada 2021," tulisnya dalam riset dikutip Senin (30/12/2024).
Kinerja IHSG yang loyo, lanjutnya, mencerminkan tantangan besar yang dihadapi pasar sepanjang tahun, baik dari tekanan global maupun dinamika domestik, seperti suku bunga, indeks dolar AS, pelemahan ekonomi China, serta gejolak geopolitik.
Sebelumnya, Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menuturkan pihaknya melihat masih terdapat peluang bagi emiten di sektor energi pada 2025 untuk kembali menumbuhkan kinerja pada 2025.
"Tetapi untuk bisa menjadi pendorong IHSG belum tentu juga, karena sektor lain yang tercatat turun secara year to date 2024 bisa berpotensi pulih," kata Sukarno, Selasa (24/12/2024).
Selain itu, lanjut Sukarno, sektor batu bara selama ini berkontribusi besar untuk mendorong indeks energi. Sementara itu, dengan proyeksi harga batu bara yang lebih rendah di 2025, bisa mempengaruhi kinerja fundamental perusahaan batu bara.