Bisnis.com, JAKARTA — PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) mengumumkan telah merampungkan proses akuisisi 19,9% saham 29Metals Limited dengan nilai investasi mencapai 62 juta dolar Australia.
Transaksi akhir DOID itu dikerjakan lewat penyertaan saham kepada 29Metals melalui entitas terkendali tidak langsung perseroan, yakni Bukit Makmur Mandiri Utama Pte. Ltd atau BUMA SG.
BUMA SG melaksanakan haknya atas Penawaran Hak Memesan Efek saham 29Metals melalui alokasi Tahap II dengan penyertaan saham sebanyak 30.493.511 lembar, dengan nilai 0,27 sen dolar Australia.
“Total nilai penyertaan saham tahap II adalah sejumlah 8,23 juta dolar Australia,” kata Direktur DOID Iwan Fuad Salim lewat keterbukaan informasi, Jumat (27/12/2024).
Setelah penyelesaian penyertaan saham tahap I dan tahap II, BUMA SG bersama dengan afiliasinya BUMA Australia Pty Ltd. memiliki sebanyak 271.936.498 saham atau setara dengan 19,9% saham atas 29Metals.
“Tidak terdapat dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perseroan,” kata Iwan.
Baca Juga
Sebagai informasi, 29Metals mengoperasikan dua aset berkualitas tinggi dan berumur panjang, yaitu tambang Golden Grove di Australia Barat dan tambang tembaga Capricorn di Queensland.
Aset-aset tersebut memberikan akses kepada Grup Delta Dunia Makmur ke produksi tembaga bermutu tinggi yang dapat diandalkan di wilayah berisiko rendah, dengan potensi pertumbuhan yang signifikan.
Perseroan menyebut tambang Golden Grove menawarkan peluang eksplorasi tambahan, sedangkan tambang Capricorn Copper siap untuk memulai kembali produksi dan ekspansi sumber daya.
Per Desember 2023, perusahaan memiliki cadangan terbukti dan terkira (proven and probable reserves) yang mendukung umur tambang lebih dari 10 tahun. Dalam 12 bulan hingga September 2024, 29Metals memproduksi 26.000 ton tembaga dan 60.000 ton seng.
Sebagai bagian dari penyertaan tersebut, DOID akan memiliki hak untuk mencalonkan satu Direktur Non-Eksekutif ke Dewan Direksi 29Metals, dengan opsi untuk mencalonkan Direktur Non-Eksekutif kedua jika kepemilikannya melebihi 20% dari total saham yang beredar.
Selanjutnya, kata dia, DOID menargetkan dapat mencatat tambahan imbal balik investasi dari porsi kepemilikan anyar pada perusahaan berbasis di Australia tersebut.
Sebelumnya, DOID mencatatkan rugi sebesar US$13,96 juta atau sekitar Rp211,43 miliar (Kurs Jisdor Rp15.144 per dolar AS) sepanjang periode Januari sampai September 2024.
Posisi itu berbanding terbalik dari raihan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencetak laba bersih sebesar US$21,66 juta atau sekitar Rp328,05 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Kamis (19/12/2024), DOID mencetak pendapatan sebesar US$1,34 miliar atau setara dengan Rp20,43 triliun sepanjang periode 9 bulanan 2024.
Posisi itu lebih rendah 1,05% dari pendapatan pada periode yang sama tahun sebelumnya di angka US$1,36 miliar atau setara dengan Rp20,64 triliun.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.