Bisnis.com, JAKARTA — Emiten sektor konsumer tampil sebagai yang tahan banting di tengah-tengah ancaman pelemahan ekonomi belakangan ini. Analis melihat permintaan masih stabil terutama di luar Pulau Jawa. Namun, depresiasi rupiah membayangi kinerja emiten peritel ke depannya.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Abyan H Yuntoharjo menjelaskan pertumbuhan sektor konsumerdidorong oleh daya tarik volume domestik yang kuat dan permintaan konsumen yang stabil, terutama di luar Jawa.
Dia mengatakan para pemain utama seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) membukukan kinerja yang solid karena memanfaatkan pertumbuhan volume yang lebih tinggi, penetapan harga yang strategis, dan disiplin biaya.
"Khususnya, ICBP dan INDF berhasil meningkatkan operasional secara efisien, sementara AMRT dan PT Midi Utama Indonesia Tbk. (MIDI) diuntungkan dari ekspansi ke wilayah-wilayah di luar Jawa, dengan biaya operasional yang lebih rendah.," katanya, dalam riset dikutip Senin (25/11/2024).
Adapun di sisi lain, dia menyatakan bahwa PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) mencatat kinerja yang kurang optimal dengan MYOR menghadapi tekanan biaya bahan baku, sementara UNVR terdampak penurunan pendapatan akibat boikot dan isu harga.
Kemudian, untuk PT Cisarua Mountain Dairy Tbk. (CMRY) masih dapat pertumbuhan laba kotor yang solid didukung oleh normalisasi harga bahan baku.
Baca Juga
"Meskipun harga komoditas stabil, depresiasi rupiah dapat memberikan tekanan pada margin karena biaya pengisian ulang inventaris meningkat. Efisiensi operasional tetap terjaga dengan pengelolaan biaya yang disiplin di seluruh sektor," ucapnya.
Dia mengatakan secara keseluruhan, laba mengalami perbaikan, kecuali pada MYOR dan UNVR. Sektor ini menunjukkan ketahanan tetapi menghadapi tantangan dari stabilitas harga dan kenaikan biaya.
Dia memprediksi ke depan pertumbuhan pendapatan akan tetap stabil hingga akhir 2024, didukung oleh tren konsumsi yang kuat dan inisiatif penetapan harga strategis oleh para pemain utama.
Adapun berdasarkan laporan keuangan, ICBP meraup penjualan bersih sebesar Rp55,48 triliun per September 2024. Penjualan Indofood CBP tumbuh 8,14% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp51,3 triliun.
Selanjutnya, penjualan bersih MYOR mencapai Rp25,64 triliun. Realisasi tersebut lebih tinggi 11,99% dari penjualan bersih 9 bulan 2023 yang tercatat sebesar Rp22,89 triliun. Lalu, penjualan bersih INDF per September 2024 naik 3,64% secara tahunan (YoY) menjadi Rp86,94 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp83,89 triliun.
Pendapatan AMRT juga naik 10,23% dari Rp80,02 triliun per September 2023 menjadi Rp88,21 triliun di kuartal III-2024. Kemudian, pendapatan MIDI juga melonjak 13,63% YoY dari Rp12,92 triliun di kuartal III/2023 menjadi Rp14,68 triliun di periode 9 bulan pertama 2024.
Selanjutnya, pendapatan bersih CMRY juga meningkat 15,58% menjadi Rp6,63 triliun dari periode sebelumnya sebesar Rp5,74 triliun. Lalu, penjualan bersih UNVR pada kuartal III/2024 tercatat Rp27,41 triliun, turun 10,12% pada posisi tahun lalu sebesar Rp30,5 triliun
"Kami mempertahankan pandangan netral, dengan ekspektasi konsumsi akan tetap stabil hingga awal 2025. Urutan rekomendasi kami adalah ICBP, MYOR, MIDI, INDF, AMRT, CMRY, UNVR," ujarnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.