Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Awal Pekan Ditutup Melemah ke Rp15.689, Dolar AS Perkasa

Rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.689 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin (11/11/2024). Sementara itu, indeks dolar menguat 0,32% ke 105,225.
Rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.689 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin (11/11/2024). Sementara itu, indeks dolar menguat 0,32% ke 105,225. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.689 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin (11/11/2024). Sementara itu, indeks dolar menguat 0,32% ke 105,225. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.689 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan hari ini, Senin (11/11/2024).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan turun 0,11% atau 17,5 poin ke posisi Rp15.689 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau menguat 0,32% ke posisi 105,225.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,78%, dolar Singapura melemah sebesar 0,42%, baht Thailand melemah 0,25%, dan yuan China melemah 0,07%.

Selanjutnya, peso Filipina melemah 0,54%,  won Korea menguat 0,03%, ringgit Malaysia melemah 0,63%, dolar Taiwan melemah 0,66%, dolar Hong Kong menguat 0,02%, dan rupee India melemah 0,02%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pada perdagangan sore ini (11/11) mata uang rupiah ditutup melemah 17,5 poin sebelumnya sempat menguat 10 poin di level Rp15.689,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.672.

Sementara itu untuk perdagangan besok (12/11) dia memprediksi mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.670-Rp15.770.

Ibrahim mengatakan bahwa sejumlah pejabat The Fed akan berpidato pada pekan ini, termasuk Ketua Jerome Powell, yang akan ada banyak arahan tentang prospek suku bunga.

Dia menjelaskan bahwa data juga akan berpengaruh karena harga konsumen AS akan dirilis pada Kamis dan pembacaan inti di atas 0,3% yang diperkirakan akan semakin mengurangi kemungkinan pelonggaran pada Desember.

Menurutnya, semua ini dipandang sebagai hal yang menguntungkan bagi dolar dalam jangka panjang, meskipun belum terlihat kebijakan Trump yang sebenarnya akan diterapkan.

Selain itu, ringkasan pendapat dari pertemuan kebijakan Bank of Japan pada Oktober menunjukkan beberapa anggota tidak yakin waktu yang tepat untuk menaikkan suku bunga lagi mengingat volatilitas pasar, sehingga mengurangi kemungkinan kenaikan pada Desember.

Dia menjelaskan bahwa keputusan itu tidak akan dipermudah oleh ketidakpastian politik karena anggota parlemen Jepang akan memutuskan pada Senin terkait posisi Perdana Menteri Shigeru Ishiba setelah koalisinya kehilangan mayoritas parlemen akhir bulan lalu.

Sebelumnya, investor sebagian besar kecewa dengan Kongres Rakyat Nasional China yang mengumumkan sekitar 12 triliun yuan (US$1,6 triliun) dalam program pertukaran utang untuk memperbaiki keuangan pemerintah daerah.

Namun menurutnya, kurangnya stimulus fiskal langsung dan langkah-langkah yang ditargetkan untuk memperbaiki pasar perumahan dan konsumsi pribadi membuat investor kurang bersemangat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper