Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV seperti BBRI, BBCA, BMRI dan BBNI kompak jeblok pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (6/11/2024). Adapun, efek dari kemenangan Donald Trump pada Pemilu AS 2024 kali ini secara tidak langsung diproyeksi menekan kinerja perbankan Tanah Air.
Berdasarkan data RTI Business, pada akhir perdagangan Rabu (6/11/2024), saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) turun 2,34% ke level Rp4.600. Harga saham bank ini menjadi yang terendah dalam sebulan terakhir.
Adapun, dalam sepekan, saham BBRI mencatatkan pelemahan sebesar 2,34% dan sepanjang tahun berjalan alias year-to-date saham BBRI memerah dengan penurunan 19,65%.
Sementara itu, pada hari yang sama PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga turun tupis 0,48% ke level Rp10.450 pada penutupan kemarin. Meski demikian, harga saham BBCA masih menguat 0,97% dalam sepekan, sedangkan secara year to date masih naik 11,17%.
Selanjutnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) terpantau mengalami pelemahan sebesar 5,09% ke level Rp5.125. Harga saham BBNI ini turun 1,91% dalam sepekan atau 4,65% YtD.
Baca Juga : Potret Keakraban Hary Tanoe-Donald Trump dan Rapor Kinerja Emiten Grup MNC Kuartal III/2024 |
---|
Nasib yang sama juga dialami, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang bahkan mencatatkan penurunan harga saham paling dalam hingga 5,42% pada kemarin ke level Rp6.550. Adapun, harga saham BMRI dalam sepekan mengalami penurunan 2,94%, akan tetapi secara YtD menguat 8,26%.
Senior Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan pergerakan harga saham bank memang dipengaruhi dinamika pemilihan presiden AS, di mana Donald Trump memenangkan pemilu kali ini.
Lebih lanjut, dia juga menuturkan bahwa Trump memiliki kecenderungan kuat untuk melakukan intervensi terhadap The Fed. Padahal, The Fed seharusnya bebas dari intervensi politik oleh eksekutif.
“Jadi ketika terjadinya intervensi ya bisa jadi The Fed akan lebih cenderung hati-hati dalam menerapkan kebijakan pelonggaran moneternya,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (6/11/2024).
Nafan mengatakan bahwa pada era Trump sebelumnya, inflasi AS cenderung tinggi. Belum lagi, pada kala itu Trump belum mampu menangani lonjakan kasus Covid-19.
Dia menyebut, jika The Fed bersikap terlalu hati-hati dalam pelonggaran moneter, bank mungkin menghadapi tantangan dalam mempertahankan net interest margin (NIM) yang optimal.
Hal ini disebabkan oleh potensi suku bunga acuan yang tidak turun secara signifikan, sehingga ruang bagi bank untuk mendapatkan margin dari selisih suku bunga pinjaman dan simpanan menjadi lebih kecil.
“Tapi kembali lagi dengan adanya faktor potensi The Fed yang cenderung lebih prudent dalam menerapkan pelonggaran moneter, ya semestinya bukan benefit bagi perbankan dalam rangka mempertahankan progresif kinerja dari net interest margin,” pungkasnya.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia pun memberikan rekomendasi accumulative buy untuk saham BBCA, BMRI dan BBNI dengan target harga masing-masing Rp10.750; Rp7.075; Rp5.475. Untuk saham BBRI, rekomendasinya adalah buy on weakness dengan target harga Rp4.830.
-----
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.