Bisnis.com, JAKARTA — PT Chandra Daya Investasi (CDI) tengah bersiap mengakuisisi tambahan kapal angkut sampai tahun depan.
Targetnya, CDI yang merupakan anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) tersebut memiliki 13 kapal sampai dengan 15 kapal pada 2025.
Rencana akuisisi kapal yang makin masif dari grup Prajogo Pangestu itu terjadi seiring dengan minat TPIA untuk membawa anak usahanya melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Pada 2025 kita target mengakuisisi tambahan kapal sampai dengan 13 kapal sampai 15 kapal nantinya kita miliki,” kata Direktur TPIA Edi Riva’i saat paparan publik di Jakarta, Rabu (30/10/2024).
Rencanannya, tambahan akuisisi kapal itu bakal memenuhi kebutuhan internal bisnis TPIA serta pihak eksternal untuk penyimpanan nafta hingga gas.
Selain itu, dia menambahkan, TPIA turut mendorong akuisisi lanjutan untuk CDI pada bisnis solusi dukungan logistik dan perusahaan layanan transportasi darat.
Baca Juga
Kendati demikian, dia enggan berkomentar lebih jauh soal kemajuan pembasan internal rencana penawaran saham perdana atau IPO untuk CDI.
“Market cap [CDI] ada pelabuhan, kapal, lnfrastruktur listrik, air itu sudah kebayang ukurannya sangat signifikan,” kata dia.
Sebagai informasi, CDI menjalankan bisnis infrastruktur jetty, listrik, hingga air yang akan mendukung industri petrokimia. CDI tercatat mengelola salah satu dari dua Pembangkit Listrik Siklus Gabungan turbin gas di Indonesia.
Kemudian, CDI juga memiliki perusahaan patungan pembangkit listrik ramah lingkungan berkapasitas 200 MW dengan Posco International.
Selain itu, CDI memiliki jasa penyewaan tangki perantara serta pengelolaan dermaga terintegrasi yang berbasis di kawasan industri terkemuka di Jawa.
Mengutip laporan keuangan, TPIA memiliki secara tidak langsung beberapa anak usaha melalui CDI seperti PT Redeco Petrolin Utama (RPU), PT Krakatau Chandra Energi, PT Chandra Samudera Port, PT Chandra Shipping International.
CDI dan entitas anak tercatat memiliki aset lancar sebesar US$605 juta, turun tipis dari posisi akhir 2023 yang senilai US$626,07 juta. Liabilitas CDI tercatat sebesar US$209,30 juta dengan mayoritas merupakan liabilitas jangka panjang.
CDI membukukan pendapatan sebesar US$47,11 juta pada semester I/2024. Adapun, laba periode berjalan CDI tercatat sebesar US$15,28 juta tumbuh tinggi dibandingkan posisi akhir tahun 2023 yang senilai US$1,44 juta.
Kendati demikian, kinerja TPIA mengalami kontraksi justru terkontraksi sepanjang paruh pertama 2024. Perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar US$866,5 juta, turun 19,3% YoY. Mayoritas pendapatan perseroan berasal dari bisnis kimia yang menyumbang US$819,3 juta, sisanya berasal dari bisnis infrastruktur.
TPIA mencatatkan beban pokok pendapatan sebesar US$853,6 juta, turun 16,9% YoY, sehingga laba kotor menjadi US$12,9 juta, turun 72,7% YoY.
Adapun, rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk TPIA pada semester I/2024 ialah US$47,46 juta, membengkak dari US$586.000 juta pada semester I/2023.
-------------------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.