Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rapor Kinerja Saham BUMN Karya WSKT, WIKA Cs 10 Tahun Kepemimpinan Jokowi

Rata-rata saham BUMN Karya mengalami penurunan hingga 80% selama 10 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Rata-rata saham BUMN Karya mengalami penurunan hingga 80% selama 10 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bisnis/Himawan L Nugraha
Rata-rata saham BUMN Karya mengalami penurunan hingga 80% selama 10 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Empat saham BUMN Karya kompak mengalami kemerosotan selama 10 tahun kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi). Secara rata-rata, harga keempat emiten konstruksi merosot hingga 80%.

Jokowi mengakhiri kepemimpinannya setelah 10 tahun menjabat sebagai Presiden RI, sejak 20 Oktober 2014 hingga berakhir pada Minggu (20/10/2024). Kini, kepemimpinan telah beralih ke Prabowo Subianto.

“Saya sampaikan kepada Bapak Presiden, saya serahkan seutuhnya impian, harapan, cita-cita besar dari 280 juta rakyat Indonesia kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto,” ujar Jokowi di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Selama Jokowi menjabat Presiden selama 2014-2024, performa empat saham BUMN Karya turun signifikan di tengah masifnya pembangunan infrastruktur dalam negeri.

Keempat saham perusahaan pelat merah tersebut adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP).

Berdasarkan data Bloomberg Terminal, ADHI menjadi emiten dengan penurunan harga saham paling dalam. Selama 24 Oktober 2014 hingga 18 Oktober 2024, saham ADHI mencatatkan penurunan 86,07% menuju level Rp304 per saham.

Saham ADHI pernah mencapai level tertingginya di angka Rp2.871 pada 30 Januari 2015, dan menorehkan level terendahnya di Rp192 pada 14 Juni 2024. Selama periode ini, harga saham perseroan rerata di level Rp1.273.

Berikutnya ada WIKA yang menurun 81,91% menjadi Rp412 per saham. Harga saham WIKA sempat mencapai posisi tertinggi di Rp2.947 pada 30 Januari 2015, sedangkan level terendahnya di Rp86 per saham saat 21 Juni 2024.

Saham WIKA diketahui sempat disuspensi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 18 Desember 2023 lantaran menunda pembayaran sukuk. Namun, setelah menyelesaikan kewajibannya, saham perseroan kembali diperdagangkan pada 30 April 2024.

Adapun, PTPP mencatatkan koreksi sebesar 80,12% selama periode perdagangan 24 Oktober 2014 – 18 Oktober 2024 menjadi Rp474 per saham. Menurut Bloomberg, rata-rata saham perseroan selama 10 tahun berada di level Rp1.933.

Harga saham PTPP pernah meraih level tertingginya pada 19 Agustus 2016, yang kala itu tembus Rp4.353 per saham. Di sisi lain, harga terendah saham BUMN Karya ini berada pada posisi Rp290 per 28 Juni 2024.

Di posisi akhir ada saham WSKT yang sejauh ini masih disuspensi BEI sejak 8 Mei 2023. Berdasarkan data Bloomberg, saham Waskita merosot 75,46% ke level Rp202 terhitung sejak 24 Oktober 2014 hingga tanggal suspensi.

Selama 2014 – 2023, saham WSKT sempat berada di level tertingginya yaitu Rp2.622 per saham dan mencapai posisi terendahnya di Rp202 pada 5 Mei 2023. Harga rata-rata saham Waskita bercokol di angka Rp1.352 per saham.

Suspensi saham WSKT disebabkan perseroan belum membayar Obligasi Berkelanjutan III Tahap IV Seri B Tahun 2019 yang bernilai Rp1,36 triliun. Obligasi itu merupakan satu-satunya utang yang belum dapat direstrukturisasi oleh perseroan.

Waskita diketahui telah merampungkan restrukturisasi 3 seri dari 4 obligasi senilai Rp3 triliun. Perseroan juga meraih persetujuan dari 21 kreditur perbankan perihal penyempurnaan master restructuring agreement (MRA) 2021 senilai Rp26,3 triliun.

IHSG
IHSG

Kendati saham BUMN Karya WSKT, ADHI, WIKA dan PTPP mengalami pelemahan, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama 10 tahun pemerintahan Jokowi terpantau berada dalam tren penguatan.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mejelaskan tren IHSG secara garis besar dalam 10 tahun terakhir mengalami kenaikan. Berdasarkan data Bloomberg, IHSG pada 20 Oktober 2014 berada pada level 5.040 dan ditutup pada posisi 7.735 pada Kamis (17/10/2024).

"Memang waktu Covid kita mengalami penurunan. Tetapi yang perlu kita apresiasi Jokowi bersama menterinya mampu melakukan pemulihan lebih cepat dan lebih baik, untuk mengejar ketertinggalan," kata Nico, Kamis (17/10/2024). 

Menurut Nico, hal ini menjadi salah satu poin yang positif dalam pemerintahan Jokowi. Dia melanjutkan apabila berbicara mengenai pasar modal, maka pasar modal adalah reflektor ekonomi Indonesia. 

"Karena kalau bursanya baik, berarti ekonomi kita selaras dengan kinerja ekonomi kita," ujarnya.

Nico melanjutkan selama 10 tahun terakhir, inflasi dan tingkat suku  bunga tinggi, pasar modal menjadi salah satu alternatif tempat pendanaan. Menurutnya, hal tersebut terbukti selama 2 hingga 3 tahun terakhir nilai IPO pasar modal Indonesia mengalami kenaikan. 

Sebagai informasi pada nilai IPO tertinggi BEI tercatat terjadi pada tahun 2021. Saat itu, 54 perusahaan melantai di BEI, dengan jumlah raihan dana sebesar Rp62,61 triliun. 

Raihan dana IPO tinggi ini tak lepas dari aksi IPO jumbo PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA). BUKA kala itu meraih dana segar sebesar Rp21,9 triliun, yang juga menjadi IPO terbesar sepanjang sejarah BEI.

Setelahnya, nilai IPO terbesar kedua terjadi pada tahun 2023, dengan nilai raihan dana sebesar Rp54,1 triliun. 

Sementara itu, selama 10 tahun terakhir jumlah dana yang dihimpun oleh ratusan emiten baru dari pasar perdana saham juga terbilang fantastis. Apabila diakumulasi, 484 aksi IPO itu menggalang dana segar sebesar Rp233,54 triliun. 

Pergerakan IHSG 10 Tahun Jokowi

Tahun Kinerja Tahunan  IHSG
2014 22.90% 5.226
2015 -12.12% 4.593
2016 15.32% 5.296
2017 19.99% 6.355
2018 -2.53% 6.194
2019 1.69% 6.299
2020 -5.08% 5.979
2021 10.07% 6.581
2022 4.08% 6.850
2023 6.16% 7.272
Sept 2024 3.51% 7.527

Sumber: BEI, diolah.

______________

 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper