Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak terkonsolidasi sepanjang Oktober ini. Sejumlah sentimen menjadi pemberat IHSG, salah satunya dari data-data ekonomi Amerika Serikat (AS).
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan terkonsolidasinya IHSG sepanjang Oktober ini tidak hanya disebabkan oleh data ketenagakerjaan AS semata, tetapi juga penurunan inflasi yang tertahan.
"Sebetulnya data ketenagakerjaan yang cukup kuat, membuat The Fed dapat bernafas lega karena ketenagakerjaan tidak mendingin terlalu kuat. Namun sayang, inflasi lagi lagi gagal turun lebih cepat," kata Nico, Jumat (11/10/2024).
Menurutnya, hal lain yang juga membuat The Fed khawatir adalah inflasi inti yang kembali mengalami kenaikan dari 3,4% menjadi 3,5%. Hal tersebut membuat kemungkinan daya beli kembali menguat.
Hal ini menurut Nico yang membuat The Fed kian berhati hati dalam menurunkan tingkat suku bunga.
"Sehingga kami sendiri berpendapat kemungkinan akhir tahun diturunkan hanya menjadi 25 bps, meskipun potensi 50 bps tetap ada namun tergantung data yang masuk ya," tuturnya.
Baca Juga
Selain data dari AS, Nico juga menjelaskan faktor lain yang membuat IHSG melemah adalah stimulus dari pemerintah China. Stimulus yang dalam jumlah besar tersebut, diharapkan dapat memberikan pemulihan bagi pasar Tiongkok yang sudah mengalami penurunan cukup dalam.
Apalagi bursa saham China juga sudah dalam keadaan murah karena terkoreksi sejak awal tahun. Hal ini yang membuat valuasi saham China menjadi lebih murah di bandingkan emerging market lainnya.
Sementara itu, untuk pasar modal Indonesia kenaikannya sudah cukup tinggi sehingga terlihat tidak menarik.
Faktor lain yang juga membuat IHSG melemah adalah tensi geopolitik yang kembali hadir. Hal ini menurutnya membuat pelaku pasar dan investor melepas aset-aset yang berisiko dan masuk ke dalam aset-aset yang jauh lebih aman.
Adapun Nico mencermati, untuk jangka waktu dekat terdapat beberapa tenaga pendorong IHSG. Tenaga pendorong IHSG tersebut adalah pelantikan presiden terpilih, pemilihan kabinet, pilkada, penurunan tingkat suku bunga lanjutan, dan window dressing.