Bisnis.com, JAKARTA — Emiten CPO Grup Astra, PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) menyampaikan telah menyiapkan strategi untuk menghadapi kondisi cuaca La Niña.
Vice President Communications and Public Affairs AALI Fenny Sofyan menjelaskan curah hujan yang lebih tinggi membuat lebih banyak buah sawit menjadi matang dan dapat meningkatkan produktivitas. Akan tetapi, tetap terdapat kendala bagi AALI ketika memasuki musim penghujan.
"Kami secara operasional terkendala dalam hal pemanenan, pemupukan, dan lain sebagainya," kata Fenny, dalam Astra Media Day, Rabu (18/9/2024).
Fenny menyebut untuk mengantisipasi kondisi La Niña, AALI telah menyiapkan sistem pengelolaan air atau water management system yang saat ini juga telah berjalan pada kebun-kebun mereka. Dengan water management system ini, AALI dapat mengatur tinggi muka air pada kebun-kebun mereka dan meminimalkan genangan pada kebun.
"Kami juga terus memperbaiki operational excellence, dan tetap kami upayakan agar ketuntasan tanam itu optimal," tuturnya.
Sebagaimana diketahui, AALI di tahun ini menargetkan produksi crude palm oil/CPO perseroan dapat meningkat 3% hingga 5% dibandingkan produksi tahun lalu yang sebesar 1,28 juta ton.
Baca Juga
Hingga akhir Juli 2024 AALI mencetak produksi CPO sebesar 616.000 ton, turun 18,1% dibandingkan periode 7 bulan tahun 2023 yang sebesar 752.000 ton.
Sementara itu, hingga semester I/2024 AALI mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 26,64% (year on year/YoY) dari Rp367,57 miliar, menjadi Rp501,04 miliar pada semester I/2024.
Peningkatan laba bersih emiten kelapa sawit Grup Astra itu disebabkan oleh pertumbuhan pendapatan.
AALI tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp10,31 triliun naik 9,83% (YoY). Bila ditelaah lebih rinci, segmen minyak sawit dan turunannya menjadi kontributor utama.
Segmen minyak sawit dan turunannya ini mencatatkan torehan pendapatan Rp9,63 triliun, atau naik 11,3% (YoY). Sementara itu produk lain seperti inti sawit dan lainnya mencatatkan penjualan Rp643,60 miliar dan lainnya Rp32,29 miliar.
Sebagai informasi, La Niña adalah kejadian anomali iklim global yang ditandai dengan keadaan suhu permukaan laut (SPL) atau sea surface temperature (SST) di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin dibandingkan suhu normalnya.
La Niña menyebabkan peningkatan curah hujan di hampir di sebagian besar wilayah Indonesia. Menurut BMKG, peningkatan curah hujan saat La Niña umumnya berkisar 20%—40% lebih tinggi dibandingkan curah hujan saat tahun Netral. Namun, terdapat juga beberapa wilayah yang mengalami peningkatan curah hujan lebih dari 40%.