Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghadapi uji resistance, dengan sempat sentuh rekor All Time High (ATH), dan ditutup melemah ke zona merah pada penutupan perdagangan, Rabu (11/9/2024).
IHSG ditutup di zona merah ke level 7.760,95 atau melemah tipis 0,01% dan berfluktuasi pada rentang 7.736,78 - 7.802,48 sepanjang perdagangan hari ini. IHSG sempat menyentuh rekor All Time High (ATH) yang baru memasuki area 7800 sepanjang perdagangan.
Analis Pasar Modal DataIndonesia.id, Mayang Anggita mengatakan bahwa secara jangka pendek, IHSG menghadapi uji resistance.
"Terdeteksi RSI Negative Divergence yang biasanya merupakan indikasi trend reversal. Maka pelaku pasar disarankan untuk disiplin dalam penerapan money management, dan jangan lupa untuk pasang trailing stop jika hari ini IHSG memilih melemah," katanya, dalam keterangan tertulis, pada Rabu (11/9/2024).
Meski begitu, dia mengatakan kabar baiknya adalah IHSG masih konsisten bertahan di atas Moving Average 10 di angka 7.689 yang kemudian bertindak sebagai support terdekat, dan ada potensi lanjut bullish.
"MA20 di 7610 diharapkan mampu menopang pergerakan IHSG demi tercipta tren naik yang solid. IHSG diharapkan mampu melanjutkan bullish dan membentuk titik peak yang lebih tinggi lagi menuju target jangka menengah di sekitar 7930-8000," ujarnya.
Baca Juga
Mengacu pada data RTI, sebanyak 225 saham bergerak di zona hijau, 351 saham terkoreksi, dan 220 saham dalam kondisi stagnan pada perdagangan hari ini.
Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp13.381,81 triliun dengan volume saham yang diperdagangkan sebanyak 19,16 miliar lembar. Nilai transaksi tercatat Rp11,16 triliun.
Menurutnya, pergerakan IHSG tertahan oleh saham big caps seperti BBRI yang melemah 1,43%, AMMN yang terkoreksi 2,13%, dan BBNI yang ditutup lebih rendah 0,88%.
Mayang memaparkan IHSG sempat memasuki area 7.800, namun kemudian memilih ditutup di zona merah. Di dalam negeri, sebanyak 6 sektor menguat, dipimpin oleh sektor energi yang naik 1,55%, disusul sektor transportasi dan logistik 0,83%, serta sektor properti yang ditutup lebih tinggi 0,70%.
Dia menjelaskan bahwa di sisi lain, sektor yang melemah paling dalam yaitu sektor konsumen non primer yang terkoreksi 2,22%, disusul sektor industri yang melemah 0,58%, serta sektor infrastruktur yang ditutup lebih rendah 0,31%
Lebih lanjut, dia menjelaskan sentimen dari mancanegara, yakni di Amerika Serikat (AS), bursa saham acuan kompak ditutup di zona hijau. Indeks Dow Jones menguat 1,20%, indeks S&P 500 naik 1,16%. Lalu indeks Nasdaq Composite ditutup lebih tinggi 1,16% pada Senin (9/9) waktu setempat.
Berdasarkan tradingeconomics, telah rilis data inflasi AS pada Rabu malam, dengan pasar berekspektasi tingkat inflasi tahunan AS berada di angka 2,6%, lebih rendah dari periode sebelumnya di 2,9%, dan terendah sejak Maret 2024.
Inflasi inti diprediksi di angka 3,2%, sama dengan periode sebelumnya. Laporan inflasi terus melandai mendekati target The Fed di angka 2%. Maka pelaku pasar berasumsi bahwa Fed kemungkinan memangkas suku bunganya pada pertemuan pekan depan.
Menurut alat CME FedWatch, sebanyak 71% pelaku pasar memprediksi bahwa Fed akan memangkas suku bunga 25 bps, sedangkan 29% lainnya berasumsi Fed memangkas suku bunga 50 bps.
Kemudian, dari pasar Asia, bursa saham pada perdagangan mayoritas ditutup di zona merah, pada Rabu (11/9/2024).
Mengacu pada data RTI, tercatat indeks Nikkei Jepang terkoreksi 1,49%, indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,73%, indeks Shanghai China turun 0,82%. Sementara itu, indeks Straits Times Singapura ditutup lebih tinggi 0,53%.